Bisnis.com, JAKARTA - Peranan program tol laut justru bisa dioptimalkan saat menghadapi pandemi virus corona (Covid-19) untuk menekan timbulnya disparitas harga di daerah.
Pakar kemaritiman ITS Surabaya Raja Oloan Saut Gurning mengatakan dalam kondisi pandemik Covid-19 ini volume permintaan angkutan kargo menjadi lebih menurun drastis, karena kegiatan konsumsi mungkin yang menjadi utama baik di daerah tujuan atau asal. Sementara, kegiatan manufaktur menjadi menurun bahkan ada yang menghilang, khususnya mungkin di tier 3 dan tier 2.
"Aktivitas tol laut mesti melakukan penyesuaian mengingat pandemi ini dapat menimbulkan gangguan permintaan dan penawaran barang yang diangkut menggunakan tol laut," kata Saut, Senin (30/3/2020).
Menurutnya, karantina wilayah berisiko membuat proses aliran barang menjadi terdisrupsi atau terlambat, karena proses terbatasnya sumber bahan baku, mobilisasi tenaga operasional atau SDM untuk berbagai kegiatan produksi, transportasi dan distribusi.
Dia berpendapat konsekuensinya semakin mengecilkan potensi permintaan dari daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Indonesia. Selain itu, juga wilayah sumber barang atau dari asal kapal-kapal tol laut umumnya di wilayah utama di Jawa, Sumatera, Sulawesi atau Kalimantan.
Menurutnya, jika Jakarta melakukan karantina wilayah atau daerah-daerah terkait tol laut melakukannya, tentu akan lebih menambah tingkat gangguan disrupsi suplai dan disrupsi permintaan. Karantina wilayah akan lebih mendorong potensi disparitas harga yang menjadi lebih besar lagi.
Baca Juga
"Dalam konteks pandemi plus karantina wilayah ini, manajemen disrupsi suplai dan permintaan perlu dikendalikan untuk tetap memenuhi target level disparitas harga yang masih dapat diterima oleh masyarakat di wilayah tujuan di sekitar daerah-daerah 3T tujuan tol laut," terangnya.
Cara melakukan pengaturan tersebut, lanjutnya, adalah dengan pengendalian proses perjalanan komoditas dari wilayah asal hingga ke berbagai potensi konsumen tujuan memang perlu dipantau, mulai dari JPT di tujuan asal dan tujuan, ketersediaan ruang ruang muat kapal, ketersediaan gudang, ketersediaan truk hingga ketersediaan awak kapal, tenaga TKBM, PBM, staf gudang, driver truk hingga petugas B/M di gudangnya.