Bisnis.com, JAKARTA - Opsi lockdown atau karantina daerah atas suatu daerah tertentu dalam rangka menangkal penyebaran virus corona atau Covid-19 dinilai kurang tepat.
Jika lockdown dilakukan, maka dampak ekonominya akan sangat besar. Dalam perhitungan CSIS Indonesia, lockdown berlangsung selama dua minggu, maka PDB tahunan Indonesia bakal berkurang 0,5% dan bisa menjadi 1% bila lockdown berlangsung setahun.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri dalam publikasinya yang berjudul 'Tepatkah Lockdown dalam Menghadapi Covid-19?' yang diterima Bisnis, Selasa (17/3/2020).
Dalam tulisan tersebut, Yose berargumen bahwa lockdown memang akan mencegah penyebaran virus dari suatu daerah ke dalam daerah yang dikarantina.
Namun, bila virus sudah mewabah di daerah yang diterapkan lockdown, maka kebijakan tersebut menjadi tidak efektif dan hanya mengurangi penyebaran ke daerah lain.
"Saat ini sudah ada 117 kasus Covid-19 di Indonesia yang sebagian besar berada di daerah Jabodetabek dan beberapa kota lain di Jawa. Penutupan Jakarta tidak akan mengurangi penyebaran penyakit di Jakarta sendiri maupun di luar daerah karena memang sudah tersebar," tulis Yose.
Menurut Yose, salah satu poin krusial dari tindakan lockdown adalah kesiapan suplai bahan pangan serta kebutuhan lain. Hal ini karena Jakarta sepenuhnya tergantung pada pasokan dari luar daerah dan lockdown yang tidak disiapkan dengan baik justru akan menimbulkan kenaikan harga dan kelangkaan.
Selanjutnya, lockdown atas Jakarta akan memberikan dampak ekonomi yang besar mengingat langkah ini juga pasti akan diikuti dengan berhentinya aktivitas pekerjaan.
"Memang teknologi memungkinkan sebagian pekerjaan dilakukan secara virtual. Tetapi sayangnya 80% aktivitas pekerjaan tetap membutuhkan lalu lintas manusia dan pertemuan," ujar Yose.
Kegiatan ekonomi di Jakarta berkontribusi sebesar 25% terhadap PDB dan menentukan lebih dari 60% dari perekonomian nasional.
Apabila diasumsikan bahwa sekitar 50% dari kegiatan ekonomi Jakarta berhenti akibat lockdown, maka 30% dari aktivitas pekerja secara nasional akan terhenti dan bakal berdampak pada penurunan PDB hingga 12%.
Jika lockdown berlangsung selama dua minggu, maka PDB tahunan Indonesia bakal berkurang 0,5% dan bisa menjadi 1% bila lockdown berlangsung setahun.
Menurut Yose, langkah alternatif yang paling diperlukan saat ini adalah mempersiapkan fasilitas kesehatan yang ada untuk menanggulangi kasus berat.
Apabila ada 10 ribu kasus positif Covid-19, maka harus ada 1.500 tempat yang disiapkan oleh rumah sakit dan hal ini berat untuk dipenuhi oleh Jakarta sendiri. Lockdown akan membuat mitigasi ketersediaan tempat menjadi sulit diatasi.
Alternatif social distancing juga dapat dilakukan, tetapi hal ini perlu berangkat dari inisiatif pribadi maupun kelompok untuk melakukan hal tersebut.
"Jangan sampai tindakan lockdown diambil karena pemerintah tidak tahu atau tidak mau repot melakukan tindakan yang lainnya," ujar Yose.