Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tangkal Panic Buying, Pemerintah Perlu Batasi Pembelian

Aksi panic buying di masyarakat masih berpeluang berlanjut. Langkah mitigasi diperlukan oleh pemerintah dari dampak negatif tersebut.
Suasana pusat perbelanjaan Mal Kota Kasablanka di Jakarta Selatan./Antara
Suasana pusat perbelanjaan Mal Kota Kasablanka di Jakarta Selatan./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pengawasan dan pembatasan pembelian kebutuhan pokok menjadi mendesak di tengah maraknya aksi panic buying sebagai respons atas wabah virus corona atau Covid-19.

Ekonom CORE Mohammad Faisal mengemukakan bahwa aksi ini pembelian dalam jumlah besar banyak dipengaruhi oleh faktor sentimen.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan intensifikasi komunikasi publik untuk mencegah ketakutan yang berlebihan di tengah masyarakat.

"Kalau aksi panic buying ini tidak ditangani secara serius, praktik penimbunan yang menimbulkan kelangkaan barang akan marak terjadi," kata Faisal ketika dihubungi Bisnis, Senin (16/3/2020).

Faisal mengatakan pemerintah bisa mempertimbangkan kebijakan pembatasan pembelian bagi individu secara tegas dengan menggandeng pelaku usaha ritel modern.

Di sisi lain, pasokan bahan pokok pun disebutnya perlu ditingkatkan untuk mengimbangi melonjaknya permintaan masyarakat.

Lonjakan permintaan yang tak diimbangi dengan pasokan memadai disebutnya dapat mengakibatkan pengerekan harga kebutuhan dan memicu inflasi.

"Kalau dibiarkan berlarut-larut bisa mengerek inflasi, meskipun inflasinya bersifat demand driven, tapi dorongan demand-nya semu karena bukan disebabkan peningkatan daya beli, tapi karena panic buying," imbuhnya.

Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan Pusat Khudori sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah harus senantiasa memastikan kondisi stok pangan demi meminimalisasi kepanikan masyarakat di tengah wabah virus corona.

Pasalnya, meski terdapat stok pangan, Khudori mengemukakan tren pembelian tetap tinggi dan cenderung lebih besar dari kondisi normal dipacu oleh psikologis pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper