Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Gejolak Harga Saat Lebaran, Impor Pangan Perlu Diamankan

Pemerintah perlu mengantisipasi lonjakan harga pada saat Ramadan dan Lebaran tahun ini yang disebabkan oleh terhambatnya impor bahan baku makanan dan minuman serta bahan pangan lain.

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta segera mengamankan pasokan impor produk yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan pangan jelang Ramadan dan Lebaran.

Ekonom CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan sesegera mungkin pemerintah mendata potensi pasokan pangan yang ada di daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Selain itu, perlu juga peningkatan pendataan kebutuhan pangan hingga menjelang Lebaran dan mengidentifikasi kekurangan produksi dalam negeri untuk menentukan berapa banyak yang perlu diimpor.

“Setelah diketahui kebutuhan impor, izin impor perlu segera dikeluarkan untuk menghindari keterlambatan pasokan barang di konsumen yang berpotensi mendorong kenaikan harga. Kalau menurut saya sejauh ini bahan pangan pokok yang supply dalam negerinya masih kurang yaitu bawang putih dan daging,” kata Faisal, Rabu (11/3/2020).

Sementara itu ekonom Indef Nailul Huda mengatakan imbas dari virus corona adalah kelangkaan barang akibat merosotnya sektor logistik dan kepanikan masyarakat sehingga meningkatkan permintaan. Hal itu berpeluang menjadi penyebab inflasi pada beberapa bulan mendatang.

“Yang paling pasti pemerintah harus mengkalkulasi lagi stok di lapangan dan kenaikan permintaan akibat adanya virus corona dan menjelang Ramadan. Setelah itu baru Bulog dan pemerintah menyiapkan stok terutama kebutuhan pangan yang menjadi barang penyumbang inflasi seperti beras dan bumbu dapur bawang, cabai,” kata Huda.

Menurutnya, beberapa komoditas yang diprediksi masih mengalami peningkatan permintaan dan berdampak pada inflasi yaitu bawang putih dan ramuan rempah seperti jahe.

“Bawang putih saya rasa paling penting saat ini jika harus mengimpor. Saat ini hampir seluruh kebutuhan bawang putih dipasok dari impor,” katanya

Senada, ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah segera memfasilitas pelaku usaha untuk mencari negara alternatif pemasok bahan baku industri. Sebagai contoh seperti bahan baku plastik yang sebelumnya dipasok dari China dan sekitarnya, perlu ada alternatif sumber lain seperti AS, India hingga Brazil.

“Jika masalahnya ada pada tarif yang lebih mahal bisa di lakukan preferential trade agreement dengan negara mitra produsen bahan baku, yang penting bahan baku aman dulu,” kata Bhima.

Di sisi lain dia menilai  impor produk pangan yang paling urgen adalah bawang putih, gula, garam yang stoknya rentan terpengaruh dampak corona.

“Untuk bawang putih hanya 20 persen pasokan kita karena masalah iklim subtropis berbeda dari negara lainnya. Kemudian untuk gula konsumsi harusnya bisa dipenuhi dari domestik, yang butuh impor gula rafinasi industri. Gula rafinasi di semester I/2020 butuh skitar 1.9-2 juta ton,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper