Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Apartemen di Jakarta Makin Mahal, Milenial Ketar-ketir

Hasil riset JPI menunjukkan bahwa sebagian besar milenial memiliki minat yang cukup tinggi untuk tinggal di apartemen khususnya yang berlokasi di Jakarta.
Pekerja membersihkan kaca gedung apartemen di Jakarta, Senin (18/5)./JIBI-Dedi Gunawan
Pekerja membersihkan kaca gedung apartemen di Jakarta, Senin (18/5)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga riset properti Jakarta Property Institute mencatat bahwa minat kalangan milenial untuk tinggal di hunian vertikal atau apartemen semakin tinggi. Besarnya kebutuhan untuk memiliki hunian di pusat kota dinilai menjadi salah pemicunya.

Berdasarkan survei Jakarta Property Institute (JPI) terhadap 300 orang responden yang tersebar di seluruh Jabodetabek, ditemukan peminat apartemen di pusat kota Jakarta dari kalangan milenial mencapai 54 persen

"Berbeda dengan generasi sebelumnya, ternyata generasi milenial lebih siap tinggal di hunian vertikal," kata Direktur Program Jakarta Property Institute (JPI) Mulya Amri saat melakukan paparan di Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Adapun, berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada milenial dari rentang usia antara 19 tahun sampai dengan 31 tahun, terdapat beberapa faktor yang menentukan keinginan untuk tinggal di apartemen yang ada di Jakarta, antara lain adalah lokasi tempat tinggal, biaya transportasi, dan waktu tempuh yang minim.

"Semakin jauh tempat tinggal dari lokasi bekerja, semakin orang ingin tinggal di apartemen. Karena kalau semakin jauh, semakin mahal juga ongkos transportasinya,” ujarnya.

Namun, pada kenyataannya tak semua milenial yang memiliki keinginan untuk tinggal di apartemen mau langsung membeli atau menyewa apartemen. Pasalnya, harga apartemen yang terjangkau di Jakarta sudah sangat minim.

Adapun, berdasarkan hasil survei, 82 persen responden hanya memiliki kemampuan mencicil yang terbatas, yakni di angka Rp3 juta per bulan. Lebih tepatnya, 54 persen ingin membayar Rp 1-3 juta dan 28 persen kemampuan membayarnya di bawah Rp1 juta per bulan.

“Sayangnya, kebanyakan hunian vertikal yang tersedia di DKI Jakarta, baik dibangun oleh pemerintah maupun oleh swasta, tidak bisa dicicil dengan rentang harga tersebut,” ungkapnya.

Sebagai perbandingan, pengembang swasta berusaha menyediakan apartemen terjangkau contohnya di daerah Kemayoran dipatok Rp380 juta hingga Rp667 juta. Dengan harga jual tersebut, nilai cicilannya akan berada di kisaran Rp3,8 juta - Rp6,6 juta per bulan untuk tenor 15 tahun.

Besaran cicilan tersebut dinilai masih di luar kemampuan dari 82 persen responden milenial. Adapun, rusunami DP nol rupiah yang dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta yaitu Rusunami Klapa Village di Jakarta Timur dijual Rp184 juta - Rp300 juta dengan cicilan sekitar Rp2,4 juta per bulan untuk tenor 15 tahun.

"Penyediaan hunian terjangkau di kota memang harus didukung oleh kebijakan dan subsidi pemerintah" ujar Mulya.

Mulya menambahkan bahwa pembangunan rusunami seperti di Klapa Village perlu diperbanyak dan lokasinya dibuat lebih dekat dengan pusat kota. Untuk mewujudkannya, dia menyatakan pemerintah bisa bersinergi dengan swasta, karena pembangunan hunian terjangkau tidak bisa sepenuhnya disediakan oleh pihak swasta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper