Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyebut masih akan menggandeng Saudi Aramco dalam pengembangan proyek Kilang Cilacap.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan hingga saat ini belum ada investor lain yang bakal digandeng dalam pembangunan Refinery Development Master Plan Cilacap.
“Tidak [ada investor lain], kami masih sama Aramco, jangan dulu cari ganti dong,” kata Nicke di Kompleks DPR, Selasa (28/2/2020).
Nicke menjelaskan bahwa pihaknya masih akan menunggu penawaran dari Aramco hingga akhir kuartal I/2020 atau Maret 2020.
“Iya jadi kami menunggu offering dari mereka seperti apa untuk skema baru ini, kami belum terima,” ungkapnya.
Sebelumnya Nicke mengatakan skema kerja sama terpaksa berubah, mengingat hampir 3 tahun perjanjian pembentukan perusahaan patungan antara Pertamina dan Aramco dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Cilacap tak kunjung menemui kata sepakat terkait valuasi aset.
Baca Juga
Nicke mengatakan opsi kerja sama Pertamina–Aramco dipastikan mirip pengembangan Kilang Balikpapan.
“[Kerja sama] kilang yang baru. Eksisting tetap operasi, tapi sistemnya toll fee,” jelas Nicke.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Pertamina Tajudin Noor mengatakan pihaknya masih menunggu hasil kajian bersama dengan Aramco terkait dengan prasyarat-prasyarat skema.
Tajudin menuturkan, apabila hingga sampai batas waktu yang ditentukan belum menemui kesepakatan perusahaan migas pelat merah tersebut tetap bakal melanjutkan proyeknya tanpa Aramco.
Tajudin mengatakan perseroan akan kembali membuka peluang bagi mitra strategis lainnya untuk bisa bergabung pada proyek itu.
“Kalau misalkan tidak sepakat ya kami jalan sendiri atau kami cari mitra lain. Kami membuka peluang untuk semua mitra,” katanya.
"Kalau kerja sama ya tetap semua lah ya bicara sejauh mana benefit dari masing-masing, jadi kira-kira apa saja yang mungkin mereka minta, mungkin dari segi privilege-privilege ke pemerintah atau dari kita apa. Misalnya term of business atau yang lain-lain atau kah misalnya melalui toll fee apakah kita sewa atau kerja sama sebagai parties di dalam yang punya equity dengan kayak gitu," ujarnya.
Melalui pengembangan proyek yang termasuk dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) tersebut, kapasitas pengolahan kilang akan meningkat dari sebelumnya 348.000 barrels per day (bpd) menjadi 370.000 bpd.
Selain itu akan terjadi juga peningkatan produksi gasoline dari 59.000 bpd menjadi 138.000 bpd dan produksi diesel dari 82.000 bpd menjadi 137.000 bpd.
Dengan kapasitas saat ini sebanyak 348.000 bpd atau 33 persen dari kapasitas kilang minyak yang dioperasikan Pertamina, Kilang Cilacap menjadi kilang terbesar di Indonesia.
Kilang Cilacap tahap I beroperasi pada 1976 dengan kapasitas 118.000 bpd, sementara kilang Cilacap II beroperasi pada 1983 dengan kapasitas 230.000 bpd. Minyak mentah yang diolah di kilang ini berasal dari domestik dan sebagian impor dengan produk yang dihasilkan berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dengan oktan RON 88 (Premium) dan Ron 92 (Pertamax), kerosene, solar, hingga avtur.
Selain BBM, kilang Cilacap juga memproduksi LPG, ashpalt, sulfur, dan produk petrokimia seperti benzene dan propylene.