Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus melakukan pengembangan parbik minyaknya sebagai upaya mordenisasi dan pembangunan kilang untuk meningkatkan ketahanan nasional.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina Heru Setiawan mengatakan terdapat beberapa insiatif pengembangan kilang baik RDMP (Refinery Development Master Plan) maupun GRR (Gross Root Refinery).
"Ada 5 RDMP [Plaju, Balongan, Dumai, Cilacap, dan Balikpapan] dan 3 GRR (Tuban, Bontang, Papua)," ujarnya dalam RDP Komisi VI DPR RI, Senin (3/2).
RDMP Plaju akan menajdi single power dimana ada beberapa unit pabrik ada 1 pabrik untuk biodiesel mengolah CPO menjadi 100 persen diesel oil.
Lalu RDMP Dumai sedang ditawarkan ke invesor komersial yang saat ini tengah dilakukan pembahasan dengan investor.
"Untuk RDMP Balongan sudah ada konsep studi, FS komplit. Fase dua kita akan memnigkatkan kapasitas 125.000 jadi 150.000 barel per bari. Petrokemikal kompleks dengan mengundang beberapa partner yang ada Taiwan dan Abu Dhabi kerjasama dari crude oil jadi petrocemical. Penting untuk mengantisipasi penggunaan BBM di Indonesia," tuturnya
Selanjutnya ada RDMP Cilacap yang berkerjasama dengan Aramco dimana saat ini masih koordinasi membahas term valuasi namun kegiatan RDMP.
"Ini masih berlangsung proses engineering, pembebasan lahan hampir komplit. Engineering tetap berlangsung sementara pembahasan dengan Aramco masih berlangsung," ucap Heru.
Selain itu, untuk RDMP Balikpapn sudah memasuki Engineering Procument Construction (EPC) dan sedsng dilakukan penyediaan lahan sambil konstruksi.
"Kami mencari mitra proses secara paralel sementara EPC berlangsung," katanya.
Heru menuturkan untuk GRR Tuban merupakan salah satu proyek penting Pertamina dengan kapasitas 300 ribu barel petrokimia.
"Revamp aromatic dan new olefin. Ini salah satu projek Pertamina yang pentig memberikan value. Ini akan menurunkan impor. Kita inisiatif membangun kilang baru 300.000 barel per hari teringrasi petrokimia," ucapnya.
Heru menambahkan untuk GRR Bontang dengan kapasitas 300.000 barel per hari juga terintegrasi dengan perokima. Lalu termasuk GRR Papua dengan kapasitas 150.000 barel per hari yang saat ini sedang mencari patner.