Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Move On Dari ENI, Pertamina Bangun Kilang Hijau Secara Mandiri

PT Pertamina (Persero) dan perusahaan migas asal Italia yaitu ENI batal membangun kilang hijau bersama.
Kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah./Reuters-Darren Whiteside
Kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah./Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan migas asal Italia yaitu ENI dalam proyek pembangunan kilang hijau dibatalkan.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina mengungkapkan bahwa pembatalan kerja sama tersebut lantaran kebijakan penolakan crude palm oil (CPO) yang diterapkan oleh Benua Biru.

“Jadi akhirnya kami kemudian memutus kerja sama ini dan memutuskan untuk membangun sendiri langsung,” katanya di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Rabu (29/1/2020).

Sebenarnya, penunjukkan ENI sebagai mitra strategis perseroan guna memitigasi risiko teknis terkait dengan pembangunan kilang hijau yang akan memproduksi bahan bakar B100.  ENI dinilai memiliki kompetensi yang baik dalam memproduksi bahan bakar B100 karena sudah melakukan produksi sejak 2004.

Untuk itu, kata Nicke, pada mulanya Pertamina akan melakukan produksi di B100 di kilang hijau milik ENI yang berada di Milan. Namun, adanya larangan penggunaan CPO oleh Benua Eropa membuat CPO asal Indonesia tidak bisa diproses di Milan, yang disebabkan oleh penerapan sertifikasi internasional yang sebagian besar belum dipenuhi oleh produsen CPO Indonesia.

Selain itu, penerapan penggunaan sertifikasi internasional tersebut mengganjal rencana kerja sama Pertamina dan ENI karena sebagian besar produsen CPO dalam negeri belum memilikinya.

Dengan begitu, lanjut Nicke, Pertamina melanjutkan rencana tersebut dengan membangun kilang hijau di Plaju, Sumatera Selatan dengan menggunakan teknologi yang berlisensi langsung dari UOP.

Nicke menjelaskan bahwa produksi B100 itu dilakukan di kilang tua yang ditambah unit baru. Nantinya, setiap unit tersebut dapat memproduksi 20.000 barel bahan bakar B100 dan ditargetkan menghasil 1 juta kiloliter per tahunnya.

Adapun penggunaan kilang tua tersebut dinilai dapat menghemat investasi sebesar 40% jika dibandingkan dengan membangun kilang hijau baru. 

“Proyek ini akan selesai pada akhir tahun 2023, sehingga pada 2024 kami sudah bisa produksi,” jelasnya.

Sebelumnya, Pertamina dan ENI menjalin kerja sama di antara kedua belah pihak dengan menandatangani 3 kesepakatan pada Rabu (30/1/2019) di Roma, Itali.

Dalam kerja sama ini, setidaknya ada dua kesepakatan diantaranya terkait dengan pengembangan Green Refinery, yaitu Head of Joint Venture Agreement untuk pengembangan Green Refinery di Indonesia serta Term Sheet CPO processing di Italia. 

Kesepakatan itu merupakan lanjutan dari nota kesepahaman kerja sama yang telah ditandatangani Pertamina dengan ENI pada September 2018 serta penandatangan kesepakatan lanjutan pada Desember 2018. Sementara itu, satu kesepakatan lainnya yaitu MoU terkait circular economy, low carbon products dan renewable energy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper