Bisnis.com, JAKARTA— PT Pertamina (Persero) tetap akan mengembangkan kilang hijau atau green refinery bersama Eni SpA di Plaju, kendati membuka peluang kerja sama dengan perusahaan migas lain.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan pihaknya tetap membuka peluang bermitra dengan perusahaan migas lain. Hal ini tidak akan mengganggu kerja sama dengan Eni. Saat ini, kerja sama dengan Eni masih berkutat pada finalisasi tahap desain.
“Kalau ada teknologi lain, ya kami [buka kerja sama], karena Pertamina bikinnya kan bukan cuma satu, nanti kan harus ada di Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Jadi kami terbuka,” tuturnya, Rabu (9/10/2019).
Nicke mengatakan teknologi yang dimiliki Eni, dipastikan akan menggunakan untuk pengembangan green refinery di Plaju.
Bersama dengan Eni, imbuhnya, Pertamina telah menandatangani kerja sama penjajakan bisnis hilir minyak mencakup potensi mengembangkan kilang hijau dan peluang perdagangan minyak dan produk lainnya pada September 2018.
Penjajakan kerja sama bisnis hilir migas, ditindaklanjuti dengan kesepakatan pengembangan Green Refinery, yaitu Head of Joint Venture Agreement untuk pengembangan kilang hijau di Plaju serta Term Sheet CPO processing di Italia. “Sudah [pasti dengan Eni] untuk Indonesia bagian barat,” tambah Nicke.
Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pengerjaan kilang hijau kerja sama dengan Eni SpA belum masuk tahap pembangunan fisik.
Menurutnya, Pertamina dan Eni masih membahas persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan agar proyek ini bisa bergulir. “Ada beberapa persyaratan dari sisi teknologi, termasuk sertifikasi dari [penggunaan] minyak sawit. Ini masih sedang berlangsung pembicaraan teknologi dan persyaratan lainnya,” katanya.
Rencana pengembangan kilang hijau atau green refinery hasil kerja sama dengan Eni ini juga akan menggunakan teknologi Hydrotreating Refinery, sama yang berhasil dibangun Eni di Porto Maghera, Italia.
Nantinya, green diesel dihasilkan kilang ini berasal dari hidrogen murni, yakni hydrotreated vegetable oil (HVO), bukan methanol yang biasa digunakan untuk memproduksi biodiesel. Green diesel ini memiliki komposisi hydrocarburic penuh dan kandungan energi yang sangat tinggi.
Arcandra mengatakan syarat lisensi penggunaan CPO sebagai bahan baku, juga diterapkan di sektor lain. Hanya saja, syarat lisensi ini diajukan dari Eni untuk dipenuhi oleh Pertamina.
Adapun, proyek dengan Eni ini merupakan unit kilang baru. Salah satu opsi proyek yang layak (feasible option) yakni kilang hijau yang mampu mengolah CPO 20.000 barel per hari (bph) dan menghasilkan solar hijau (green diesel) 17.800 bph. Perkiraan investasi untuk opsi ini yakni US$616 juta untuk fasilitas ISBL, palm oil treatment, steam reformer, utilities, tangki, dan lainnya.