Bisnis.com, JAKARTA - Claus Wamafma, putra daerah Tanah Mutiara Hitam yang telah 20 tahun malang melintang di PT Freeport Indonesia itu, kini didapuk sebagai salah satu direktur perseroan.
Pria yang mengeyam bangku pendidikan di Institut Teknologi Bandung dengan meraih gelar Sarjana Teknik Industri. Claus Wamafma juga meraih gelar magister pada 2009.
Kepada Bisnis, Claus menceritakan kisah hidupnya saat pertama kali meninggalkan tanah Papua untuk menjalanin pendidikannya di Bandung.
Claus menuturkan dirinya mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung melalui jalur beasiswa dari Pemerintah Daerah Papua.
“Ada program perguruan tinggi negeri ya. Ada pemerataan perguruan tinggi. Dari Papua itu diseleksi, dikirim ke ITB. Itu beasiswa dari pemerintah. Butuh banyak penyesuaian untuk menyelesaikan studi di ITB,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (21/2/2020).
Menurut Claus, untuk menyelesaikan gelar Sarjananya tidak mudah. Pasalnya, dia beserta 6 orang lainnya yang dikirim ke ITB tersebut harus berjuang untuk mencukupi kebutuhannya selama di Bandung.
Baca Juga
Tidak jarang, Claus harus menjadi striker sepak bola bak Lionel Messi atau pun Cristiano Ronaldo untuk mendukung sebuah tim yang membutuhkan keahliannya menaklukan si kulit bundar.
“Main bola ke mana-mana, Yogyakarta, Jakarta, sekalian cari duit. Ada bayaran kan. Kami di asrama memang tidak bayar. Tapi uang makan cari sendiri. Saya lulus 5,5 tahun. Teman-teman bilang, kuliahnya main bola, ekskulnya di kelas. Kebalik dan aneh. Main bola terus malah lulus,” tuturnya.
Keahliannya bermain bola ternyata tidak hanya diandalkan untuk mencukupi kebutuhannya selama di asrama. Sebagai perantauan, Claus mengaku ada sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.
Untuk itu, Claus menggunakan sepak bola sebagai bahan pendekatan dengan teman-temannya di asrama.
“Main bola ngakalin biar gaul saja. Mau gaul itu kan tidak bisa serta merta, harus ada kecocokan seperti minat yang sama. Saya lihat main bola itu bisa bypass psikologi tadi,” ungkapnya.
Singkat cerita, setelah studinya di ITB selesai, Claus kembali ke Papua untuk mencari pekerjaan.
Jalannya mencari pekerjaan tidak berjalan mulus seperti kariernya saat ini. Claus menyebut butuh waktu yang lama untuk mendapatkan pekerjaan.
“1,5 tahun memang muter-muter cari kerja,” ujarnya.
Pada akhirnya, Claus memulai kariernya bersama Freeport Indonesia untuk posisi General Superintendent- Warehouse selama tiga tahun mulai dari April 2008.
Adapun, tugas Claus saat itu adalah bertanggung jawab untuk mengembangkan pergudangan dan distribusi untuk mendukung operasional tambang.
Selang 3 tahun, Claus Wamafma didapuk sebagai Manager Warehouse Management pada 2011. Dia mengemban amanah tersebut selama delapan tahun. Dia mengemban tugas mengelola gudang operasional dengan lebih dari 120.000 item dengan nilai persediaan lebih dari US$350 juta.
Claus Wamafma mengemban tugas sebagai Vice President of Community Development sejak 2014 hingga akhirnya diangkat menjadi direktur Freeport Indonesia.
“Saya optimistis melihat ke depan itu akan banyak sekali yang siap untuk masuk di banyak posisi penting. Tidak hanya di Papua saja, tapi sampai ke level nasional. Tentu tidak instan prosesnya. Menjalani proses itu sesuatu, saya sih menikmati. Semua level itu tempat belajar apapun,” tutur Claus.
Berdasarkan data Freeport Indonesia pada 2018 jumlah orang yang dipekerjakan tercatat sebanyak 7.096 pekerja dengan komposisi 57,23 persen atau 4.061 adalah pekerja non-Papua.
Sementara itu, sebanyak 2.890 pekerja atau 40,73 persen merupakan putra daerah Papua. Selebihnya, sebanyak 145 orang merupakan pekerja asing.
Sejak 1996, Freeport Indonesia telah berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah karyawan asli Bumi Cendrawasih yang memegang posisi manajemen strategis.
Per Desember 2019, tercatat sebanyak 9 pekerja asal Papua menempati posisi vice president dan sebanyak 50 pekerja asal Papua berada pada level manajer dan karyawan level senior.