Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus corona diprediksi berdampak terhadap lemahnya permintaan gas di China.
Robert Sims, Direktur Riset Wood Mackenzie dalam risentnya menyebutkan bahwa pelemahan permintaan gas sangat tergantung seberapa lama wabah tersebut mereda.
Dia memproyeksikan dampak virus itu telah melemahkan permintaan gas di China hingga 2 billion cubic metres (bcm) pada pekan pertama Februari yang separuhnya disebabkan oleh pelemahan permintaan dari sektor industri.
Kendati penerbangan dari dan menuju China masih dihentikan hingga Maret dan April, dia memprediksi untuk penerbangan domestik akan dibuka kembali pada Februari.
Dengan pulihnya kegiatan ekonomi, meskipun masih berdampak terbatas, permintaan gas tahun ink akan terkoreksi antara 6 bcm dan 14 bcm, tergantung lamanya penanganan virus corona di China.
"Secara year on year diprediksi turun 6% dan 4%, sebagian besar dipengaruhi lemahnya permintaan pada kuartal I, jika dibandingkan proyeksi sebelum adanya virus corona adalah 8%," sebutnya dalam riset yang dikutip Bisnis pada Rabu (12/2/2020).
Robert memproyeksikan penurunan permintaan LNG di China berkisar 2,6 metric ton (MT), dengan asumsi terbaiknya terjadi pemulihan permintaan pada April menjadi 6,3 MT dengan catatan wabah tersebut telah ditangani dengan baik.
Lebih lanjut, pelemahan permintaan LNG dinilai dapat memperparah kondisi kelebihan pasokan LNG yang telah berlangsung sejak 2019 lalu.
"Dengan terlalu banyak pasokan LNG, dan tidak ada daerah yang menyerap, sepertinya koreksi pasokan diperlukan untuk menyeimbangkan pasar," sebutnya.