Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. berpeluang mendorong ekspor gas alam cair ke China seiring dengan tingginya permintaan gas di sana.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar mengatakan China saat ini membutuhkan 50 kargo metrik ton atau sekitar 1.000 kargo LNG per tahun. Tingginya permintaan LNG ini, menurutnya, seiring dengan kebijakan pemerintahnya untuk mengarahkan pada konsumsi gas yang masif.
“Menggantikan batu bara, makanya kebutuhan gas naik terus,” tuturnya, baru-baru ini.
Melihat prospek pasar tersebut, emiten dengan kode saham PGAS itu pun telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) LNG dengan Sinopec Corp untuk 2020. Perjanjian tersebut menandai langkah penting bagi PGN memainkan perannya secara global sebagai subholding gas Indonesia.
Dalam kesepakatan awal, PGN akan memasok enam kargo LNG ke Sinopec mulai awal Januari 2020. Selanjutnya, pengiriman LNG akan berlangsung hingga Maret 2020.
Menurutnya, penjualan LNG ke China berpotensi diperpanjang. Hanya saja, Syahrial masih perlu melakukan negosiasi dengan Sinopec terlebih dahulu.
Sinopec merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di China. Pihaknya berharap penandatanganan PJBG bisa menjadi awal kolaborasi ke depan dengan perusahaan migas nasional China tersebut.
Dia menambahkan potensi peningkatan ekspor LNG dapat meningkat hingga lima tahun mendatang. “Ada [selain Sinopec], nanti saya sampaikan. Bisa sekali [sampai puluhan kargo],” tambahnya.