Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Pariwisata Dikritik Keras

Kebijakan pemerintah mengalihkan fokusnya ke wisatawan nusantara dinilai terlambat, mengingat selama ini pemerintah sejak awal sudah keliru dalam menerapkan strategi di sektor pariwisata.
Turis China pengunjung Pulau Gangga, Sulawesi Utara, berfoto di spot yang telah disiapkan oleh pengelola, Kamis (30/1/2020)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo
Turis China pengunjung Pulau Gangga, Sulawesi Utara, berfoto di spot yang telah disiapkan oleh pengelola, Kamis (30/1/2020)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA— Keputusan pemerintah yang akan mengembangkan wisatawan domestik agar industri pariwisata Indonesia tak lesu akibat virus corona dikritisi oleh Ikatan Cendekia Pariwisata Indonesia (ICPI).

Ketua ICPI Azriel Azhari menuturkan kebijakan pemerintah tersebut terlambat, mengingat selama ini pemerintah sejak awal sudah keliru dalam menerapkan strategi di sektor pariwisata.

“Seharusnya kebijakan adalah untuk jangka panjang, bukan sewaktu-waktu berubah. Sejak awal, pengembangan wisatawan dalam negeri harus sudah diutamakan karena berdampak sangat positif terutama terhadap ekonomi masyarakat,” kata Azriel, Rabu (5/2/2020).

Menurutnya, selama ini yang paling banyak berpengaruh terhadap pariwisata Indonesia justru pergerakan wisatawan domestik. Artinya dampak dari wisatawan nusantara (wisnus) jauh lebih bermakna bila dibandingkan dengan wisatawan mancanegara (wisman).

Merebaknya virus corona membuat pemerintah kalang kabut banting setir. Apakah pemerintah tidak pernah sadar dan tidak pernah menganalisis betapa hebat sebenarnya pengaruh dan dampak wisatawan dalam negeri, ujarnya.

Dia menuturkan, dengan pemerintah yang telalu fokus pada wisman dan terabaikannya wisatawan domestik, pemerintah tidak sadar sudah berapa banyak uang masyarakat Indonesia yang dibelanjakan di luar negeri. Menurutnya, pengeluaran wisatawan Indonesia di luar negeri setara dengan pengeluaran wisman di Indonesia.

“Memang sudah salah dari awal kebijakan, tanpa ada perhitungan dan analisis kenapa berfokus pada wisman dan mengabaikan wisnus sejak awal. Ini adalah kebijakan yang memalukan yang dengan mudah dan gampang mengalihkannya begitu saja ke wisnus.”

Sementara itu, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menuturkan pengalihan ke turis domestik bisa menjadi substitusi dari penurunan wisman.

“Kuncinya di promosi, penurunan harga tiket domestik dan paket paket wisata yang terjangkau milenial. Jumlah milenial 90 juta orang di 2019 dan mereka ini mendorong leisure economy khususnya travelling. Sedangkan jumlah wisman China hanya 2 juta orang, jadi domestik harusnya bisa menggantikan dari sisi jumlah kunjungan wisman China,” kata Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper