Bisnis.com, JAKARTA – Investasi di sektor real estat komersial di kawasan Asia Pasifik mencapai rekor senilai US$169 miliar sepanjang 2019 yang didorong oleh aktivitas tinggi di pasar utamanya.
Kinerja baik Asia Pasifik yang terkerek karena investasi di sektor real estat komersial global mencapai titik tertinggi, senilai US$800 miliar sepanjang 2019. Hal itu dipacu banyaknya investor yang mencari portofolio aset dengan imbal balik yang pasti dan relatif stabil.
“Real estat terus menjadi sektor yang menarik bagi investor. Investasi global diperkirakan akan terus naik sepanjang 2020 karena alokasi ke real estat dari para investor besar terus naik dan terus menarik,” ungkap Sean Coghlan, Head of Global Capital Markets Research at JLL, dalam laporan tertulis, Selasa (4/2/2020).
Sepanjang 2019, investasi real estat di Asia Pasifik mencapai titik tertingginya meskipun pada kuartal IV/2019 sempat anjlok 4% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018. Namun, pada awal tahun, investasi sempat menguat dan mendorong kinerja sepanjang tahun, naik 6% dari 2018.
“Asia Pasifik akan menarik sejumlah besar aliran modal global karena pertumbuhan ekonomi di seluruh Asia Pasifik terlihat masih terus mengungguli tolok ukur global,” ujar Tim Graham, Executive Director Head of Capital Strategies, JLL Asia Pacific.
Dengan imbal hasil obligasi tertekan dan suku bunga pada level terendah bersejarah, investor mencari aset dengan pengembalian lebih tinggi seperti real estat.
Baca Juga
Alokasi investor kelembagaan untuk real estat secara global meningkat selama 6 tahun berturut-turut hingga 2019. Survei ANREV baru-baru ini menemukan bahwa 77,5 persen investor besar berencana untuk meningkatkan alokasi mereka ke aset properti Asia Pasifik pada 2020.
Namun, karena siklus real estat meluas menjadi per dekade, investor menjadi semakin berhati-hati saat ketika ingin menaruh dana tinggi di sektor real estat di seluruh dunia. Akibatnya, investor global harus mencari aset dengan lebih cermat.
Selain itu, lingkungan yang kompetitif juga mendorong transaksi yang lebih kompleks di pasar - seperti pasar sekunder, rekapitalisasi, dan usaha gabungan, karena investor berusaha untuk meminimalkan risiko dan mengakses produk melalui strategi baru.
Menurut Graham, dengan bertambahnya kompetisi yang ada, maka peluang untuk membentuk kesepakatan akan lebih besar dan lebih fleksibel, khususnya di Asia Pasifik.