Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menyatakan virus corona tidak memiliki dampak terhadap produk panganan yang diimpor dari China.
Asosiasi telah meminta pemerintah untuk tidak menghentikan pasokan panganan impor dari Negeri Tirai Bambu mengingat urgensi kebutuhan bahan baku oleh pabrikan saat ini tinggi untuk menghadapi bulan Ramadan.
Ketua Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan telah memberikan masukan ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahwa virus corona tidak akan bisa hidup dalam panganan olahan. Pasalnya, lanjutnya, virus corona tidak bisa hidup dalam kondisi yang panas dan lembab.
"Jadi, kemungkinan [virus corona tumbuh dalam panganan olahan] kecil sekali. Apalagi, pengiriman produk melalui kontainer [suhu di dalam kontainer mencapai] di atas 40 derajat [celcius]. Jadi, tidak ada bukti bahwa virus itu bisa tumbuh [di panganan olahan]," jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (4/2/2020).
Adhi menambahkan pemerintah Amerika Serikat dan Australia telah menyatakan hal yang sama bahwa virus corona tidak bisa hidup dalam panganan olahan. Menurutnya, kedua pemerintah tersebut juga tidak melarang masuknya panganan impor dari China, khususnya pangan olahan.
Adapun, Adhi menyatakan bawang putih merupakan salah satu bahan baku bagi industri makanan nasional. Adhi mengaku belum memeriksa ketersediaan bawang putih di gudang industri. Namun demikian, lanjutnya, saat ini kebutuhan bahan baku oleh industri makanan dan minuman meningkat 30 - 40 persen dari bulan biasa untuk menghadapi bulan Ramadhan.
Baca Juga
Di sisi lain, Adhi berujar sulit untuk mencari alternatif pasokan bawang putih di waktu yang sempit dalam menghadapi Ramadhan. "[Pasokan bawang putih] penting sekali."
Seperti diketahui, China merupakan importir utama untuk komoditas bawang putih. China memasok sekitar 580.000 ton bawang putih ke tanah Air pada 2018 dan sekitar 465.000 ton pada 2019.