Bisnis.com, JAKARTA — Properti Bali di prediksi tetap stabil tahun ini dan bakal semakin moncer seiring dengan adanya rencana pembangunan proyek lintas rel terpadu (LRT).
Rencananya pada 2022 mendatang, PT Nindya Karya bersama investor asal Korea Selatan, Korea Rail Network Authority (KRNA) akan membangun LRT dari Kuta menuju bandar udara Ngurah Rai Bali. Adapun, panjang LRT tersebut diperkirakan akan mencapai 4,75 kilometer.
Manager Research & Consultancy Coldwell Banker Commercial Angra Angreni mengatakan dengan adanya penambahan infrastruktur, khususnya LRT yang akan mulai dibangun tentunya akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan properti di Bali.
"Hal ini mengingat saat ini akses keluar masuk Bandara Ngurah Rai sudah sangat padat, ditambah ruas jalan di Bali yang tidak terlalu lebar," katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (31/1/2020).
Meskipun demikian, untuk pengembangan properti baru, dia menyatakan peluangnya akan terbatas, terutama di daerah Kuta. Hal itu disebabkan faktor area yang terbatas dan terlalu padat.
Menurutnya, arah pengembangan nantinya diperkirakan akan lebih kepada pembenahan terhadap bangunan-bangunan tua. Upaya pembenahan dapat dilakukan dengan membuat konsep atau desain yang baru, ataupun perubahan manajemen pada bisnis hotel.
Baca Juga
Lebih lanjut, Angra menyatakan kehadiran LRT nantinya tidak serta merta akan membuat tarif kamar hotel naik signifikan. Hal itu disebabkan karena konsumen biasanya akan lebih memperhatikan aspek fasilitas dan kenyamanannya.
"Bali merupakan kota leisure, bukan murni kota MICE . Kemungkinan kenaikan harganya hanya terjadi pada ekspektasi harga dasar. Kalaupun dilewati atau berdekatan dengan LRT, dimungkinkan harganya akan lebih stabil, karena tingkat hunian akan lebih terjaga dengan minat tamu yang memilih hotel dekat LRT," jelasnya.
Di samping itu, dia mengungkapkan saat ini bisnis perhotelan di Bali sudah semakin ketat. Pasalnya, jumlah hotel baru di Bali terus bertambah dan diproyeksi pada tahun ini masih akan ada hotel baru lagi yang akan beroperasi.
Secara umum Coldwell Banker memproyeksikan pasar properti Bali pada tahun ini masih akan tetap stabil. Untuk sektor perhotelan khususnya, permintaan dan tarif kamar cenderung akan mengalami peningkatan.
"Sebagai destinasi wisata dunia, kontribusi wisatawan asing akan terus dominan di Bali. Koreksi mungkin akan terjadi di pasar hotel pada kuartal I/2020, karena ada wabah virus corona yang berdampak pada keterbatasan kegiatan MICE maupun liburan," lanjutnya.