Bisnis.com, JAKARTA–Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui adanya problema besar dalam realisasi investasi di sektor manufaktur yang perlu segera diperbaiki guna meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi di sektor manufaktur yang berpotensi besar menciptakan lapangan kerja dibandingkan sektor lain tercatat terus menurun dalam 3 tahun berturut-turut.
Secara historis, realisasi investasi pada sektor manufaktur sempat mencapai puncaknya pada tahun 2016 dengan nominal mencapai Rp335,8 triliun.
Setelah tahun tersebut, investasi pada sektor manufaktur terus ambles dan pada 2019 sendiri tercatat terealisasi hanya sebesar Rp216 triliun.
"Perlu ada solusi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk perbaikan investasi dan lapangan kerja agar resource yang ada bisa diterjemahkan menjadi penciptaan lapangan kerja yang baik," ujar Sri Mulyani, Kamis (30/1/2020).
Menurut Sri Mulyani, penciptaan lapangan kerja perlu terus dikebut terutama seiring dengan semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Untuk diketahui, tahun 2020 pemerintah menargetkan realisasi investasi mencapai Rp886 triliun dengan Rp246,3 triliun di antaranya menuju pada sektor manufaktur. Dalam Rancangan RPJMN 2020-2024, realisasi investasi pada sektor manufaktur diharapkan melonjak hingga sebesar Rp825 triliun.
Harapannya, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB bisa mencapai 21% pada 2024 mendatang. Dalam Perpres No. 61/2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 pemerintah juga menargetkan penciptaan lapangan kerja mencapai 2,7 juta hingga 3 juta dengan laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja mencapai 3-4%.