Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi yang rendah pada awal 2020 ini harus dijaga mengingat musim hujan masih akan berlanjut dan berpotensi mengurangi pasokan pangan akibat gagal panen.
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan pola hujan yang tidak merata di seluruh Indonesia membuat harapan pasokan pangan masih akan tercukupi. Dia menyebut, sejumlah sentra panen tanaman strategis belum tentu terkena dampak musim hujan.
“Namun jika berbicara inflasi pada bulan-bulan berikutnya maka ada potensi inflasi juga dari dampak gagal panen karena musim hujan,” ungkap Yusuf saat dihubungi Bisnis, Jumat (24/1/2020).
Selain musim hujan, Yusuf juga menyebut potensi kenaikan inflasi beberapa bulan mendatang bersumber dari kenaikan tarif cukai rokok. Hal ini mengingat proporsi pengeluaran rokok meerupakan pengeluaran rata-rata terbesar kedua setelah makanan dan minuman jadi pada kelompok bahan pangan. Badan Pusat Statistik juga mengatakan, proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi rokok mencapai sekitar 12%.
"Maka di Desember lalu, inflasi rokok tergabung dalam kelompok bersama makanan minuman jadi, tembakau, mencapai 0,29% (mtm). Bulan ini saya prediksi bisa berada pada kisaran 0,30% sampai 0,40%,” tuturnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi minggu keempat bulan Januari sebesar 0,42% (month to month) dan 2,82% (year on year).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan inflasi minggu keempat Januari ini lebih rendah dari rata-rata inflasi pada periode yang sama dalam lima tahun terakhir yakni sebesar 0,64%.
"Nah, tekanan harga [inflasi] karena pengaruh musim hujan ke panen bawang, cabai, beras, dan sayuran," ujar Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (24/1/2020).
Sementara itu, deflasi disumbang oleh penurunan harga angkutan udara, bensin dan daging ayam. Dengan pergerakan inflasi tersebut, Perry menyebut Bank Indonesia meyakini target sasaran inflasi tahun ini, 2%-4%, akan tercapai.