Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo curhat soal lemahnya persenjataan yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat menghadapi kapal asing pencuri ikan. Akibatnya, penenggelaman gagal dilakukan.
Edhy bercerita, KKP saat ingin menenggelamkan kapal pencuri ikan asal Vietnam yang mencoba kabur dari Natuna pada 30 Desember 2019 lalu. Adapun kala itu, katanya, terjadi pertempuran sengit antara Kapal Pengawas milik KKP yang terdiri dari KP Orca 3, KP Hiu Macan 01, dan KP Hiu 011, dengan kapal asal Vietnam tersebut.
"Kemarin kami mau tenggelamkan, tapi alatnya enggak ada, ya terpaksa kami kejar. Kami mau pakai granat, enggak ada granat. Yang ada cuma senjata laras panjang, ditembak berapa kali, kapalnya kebal," ujarnya saat bertemu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Edhy mengisahkan pergulatan ini berawal pada 26 Desember 2019. Kala itu KKP mendapat berita di media sosial bahwa ada kapal asing yang masuk ke wilayah Natuna.
Satu hari setelahnya, tepatnya pada malam tanggal 27 Desember 2019, Edhy mengaku langsung memerintahkan anak buahnya bergerak ke wilayah tersebut.
Semua alat yang bisa memancarkan sinyal keberadaan kapal KKP pun dimatikan agar tidak terdeteksi kapal asing itu. Alhasil, ditemukan enam kapal berbendera Vietnam.
Sayangnya, tiga dari enam kapal tersebut berhasil kabur, sementara tiga lainnya melawan. Adapun jumlah total awak kapal asing tersebut sebanyak 36 orang.
Kapal pengawas milik KKP dilempari jaring dan ditabrak. Namun akhirnya, semuanya bisa dibekuk dan kapal asing itu digiring ke Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak untuk dilakukan proses hukum.
"Yang saya takutkan mereka melawan tanpa senjata, besok mereka datang pakai senjata berat. Ini yang harus kita hadapi," sebut.
Kendati demikian, Edhy menyebut saat ini sinergitas untuk menjaga laut dengan kementerian dan lembaga lain berjalan dengan baik dan kompak.