Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah terus mendorong pengembangan produk-produk yang memiliki daya saing dan potensi ekspor yang tinggi, misalnya produk sektor pertanian yang berkontribusi dalam Produk Domestik Bruto (PDB), setelah sektor industri dan perdagangan.
Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menerapkan program quick wins. Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk menekan deficit neraca perdagangan nasional.
Kini, Kemenko kembali melakukan penanamn oerdana pisang Cavendish di Kabupaten Blitar. Itu dilakukan dalam rangka percepatan pelaksanaan program pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor.
Apalagi, sector pertanian merupakan sector yang mengalami surplus di saat sector lain deficit neraca perdagangan. Pada bulan Agustus 2019, sektor pertanian tercatat mengalami surplus sebesar US$ 0,34 atau tumbuh sebesar 12% dari tahun sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan, dalam konteks ekonomi yang paling utama adalah mendorong ekspor dan investasi untuk menyelesaikan defisit tersebut.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan pemerintah melakukan dua upaya untuk memitigasi defisit nerca perdagangan. Pertama, mendorong agar neraca pembayaran agar neraca pembayaran surplus melalui peningkatan investasi dengan mendorong Foreign Direct Investment (FDI), dan mengurangi investasi asing jangka pendek.
"Selain itu, upaya mengurangi defisit transaksi berjalan ditempuh dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan produk ekspor dan mengembangkan substitusi impor", ujar Sesmenko dalam keterangannya Selasa (21/1/2020).
Dia menambahkan beberapa kebijakan pendek yang telah diterapkan oleh pemerintah antara lain perbaikan iklim usaha melalui pelayanan dan perizinan terintegrasi yang dikenal sebagai Online Single Submission (OSS).
Selain itu juga melalui pemneriam insentif fiskal bagi industry yang berorientasi ekspor, dan pengembangan produk-produk berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor. Bukan hanya prodk-produk hasil industri, namun juga produk-produk yang berasal dari sektor lain seperti sektor pertanian.
Dia mengatak pisang Cavendish merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan yang baik karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar yang masih terbuka luas.
Saat ini ekspor pisang Cavendish sudah dilakukan ke beberapa negara yaitu ke Cina, Jepang, Korea, dan Timur Tengah, namun demikian permintaan dari negara tersebut masih belum dapat tercukupi karena keterbatasan lahan produksi pisang Cavendish. Oleh karena itu, pengembangan komoditas hortikultura berorientasi ekspor akan terus dilakukan di berbagai daerah dengan tujuan peningkatan ekspor dan investasi serta pemerataan ekonomi melalui kerjasama kemitraan antara pemerintah, swasta dan petani.
PT Great Giant Pineapple (GGP) selaku offtaker dan perusahaan yang melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan petani, melalui program Creating Share Value akan melakukan kerja sama kemitraan dengan kelompok tani atas dasar pemberdayaan dan saling menguntungkan kedua belah pihak untuk melakukan budidaya dan produksi pisang yang berdaya saing dan berkualitas ekspor.
“Kita mulai terlebih dahulu dengan demplot di beberapa lokasi dengan luasan sekitar 4 Ha agar para petani dapat melihat secara langsung proses dan keberhasilan dari budidaya tanaman ini, baru kemudian petani dapat bergabung dalam program ini. Petani akan mendapatkan pendampingan mulai dari proses produksi hingga pemasaran,” paparnya.
Dia berharap pola tersebut dapat terus digulirkan di level nasional, sehingga nantinya akan berkontribusi besar terutama untuk menyelesaikan permasalahan utama pasar lokal. Kemudian, lanjut dia secara bertahap disiapkan logistiknya agar lebih efisien untuk tujuan utama mendorong ekspor.