Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perubahan struktural seperti reformasi perlindungan sosial dan peningkatan manajemen SDA perlu dilakukan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6% setelah tahun 2020.
Hal ini diungkapkan oleh Lead Economist for Indonesia World Band Frederico Gil Sander saat ditemui di Jakarta pada Rabu (11/12/2019).
Menurut Sander, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Hal ini dapat tercipta apabila pemerintah memanfaatkan sejumlah faktor ekonomi yang dimiliki negara dalam beberapa tahun ke depan.
Sander menuturkan, salah satu kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa depan adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Guna memaksimalkan hal itu, pemerintah perlu membentuk program perlindungan sosial yang komprehensif bagi masyarakat.
Ia menilai, perlindungan sosial amat penting bagi Indonesia untuk menciptakan angkatan kerja kelas dunia. Sistem perlindungan sosial yang inklusif dan efisien dapat membantu menciptakan, mempekerjakan, dan melindungi modal manusia.
"Untuk mencapainya, program perlindungan sosial Indonesia yang ada saat ini perlu berkembang dan beradaptasi dengan tren demografi, teknologi, dan lingkungan," jelasnya.
Selain itu, SDM Indonesia juga sudah harus dibentuk sejak dini. Pengembangan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri sejak tingkat awal pendidikan dinilai akan meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia.
Ia menambahkan, tenaga kerja yang sudah ada juga perlu diberikan tambahan kemampuan dan pengetahuan pada bidang usahanya. Hal ini karena ke depannya, pasar tenaga kerja diperkirakan akan knowledge intensive.
"Oleh karena itu, kami menyambut positif rencana pengembangan SDM yang menjadi salah satu program kerja prioritas Presiden Joko Widodo," ujarnya.
Hal lain yang perlu dimanfaatkan Indonesia adalah Sumber Daya Alam (SDA). Sander menilai, Indonesia memiliki SDA melimpah yang dapat digunakan sebagai salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi pada masa depan.
Untuk mencapainya, ia mengatakan pengelolaan SDA di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal ini agar Indonesia tidak kehilangan potensi pendapatan dari kekayaan alam negara karena bencana alam seperti kebakaran hutan.
Perhitungan yang dilakukan Bank Dunia mencatat, sepanjang 2019 Indonesia mengalami kerugian US$5,1 miliar karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Bila pengelolaan SDA lebih ditingkatkan, Indonesia bisa meraup banyak penerimaan dari sektor-sektor terkait seperti pariwisata," kata Sander.
Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan pembangunan infrastruktur dengan cepat. Sander menuturkan, celah infrastruktur Indonesia dengan negara-negara lain masih cukup besar meskipun Presiden Joko Widodo melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran pada periode pertamanya.
Percepatan pembangunan infrastruktur nantinya akan membawa aliran modal asing lebih banyak ke Indonesia. Hal ini akan turut berimbas pada meningkatnya serapan tenaga kerja di Indonesia.
"Hambatan-hambatan dalam berusaha dan investasi juga harus segera dipangkas dengan cepat. Upaya pemerintah yang menggodok omnibus law merupakan salah satu upaya positif untuk mempercepat laju investasi," imbuhnya.
Sander melanjutkan, apabila reformasi struktural ini dilakukan dengan baik oleh pemerintah dalam lima tahun ke depan, ia meyakini angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat melebihi angka 6%.