Bisnis.com, JAKARTA — Singapura saat ini mengalami kondisi kelebihan pasok apartemen sehingga dinilai bisa mengancam harga properti di Negeri Singa.
Monetary Authority of Singapore (MAS) menyebutkan bahwa jumlah unit yang belum terjual berlipat ganda menjadi 4.377 unit pada kuartal III/2019.
Chairperson MAS Tharman Shanmugaratnam menuturkan bahwa kondisi tersebut mungkin akan terjadi untuk jangka menengah karena beberapa pengembang masih ada yang terus meluncurkan proyeknya atau melakukan pembangunan kembali dalam 2 tahun terakhir.
“Bertambahnya jumlah pasok apartemen yang belum terjual bisa membuat harga properti turun untuk jangka menengah, jika tidak didorong oleh kenaikan permintaan di pasaran,” ujar Shanmugaratnam seperti dilansir Bloomberg, Senin (2/12/2019).
Sebelumnya, harga properti Singapura sempat tergelincir tipis setelah pemerintah negara itu menjatuhkan aturan pembatasan properti pada Juli 2018. Namun, harga berhasil kembali naik lagi dan tercatat sebanyak 1,30 persen pada kuartal III/2019.
Berdasarkan data Urban Redevelopment Authority, kini ada 50.964 unit properti residensial pribadi yang belum rampung dikerjakan pada kuartal III/2019. Jumlah tersebut naik dari 50.674 unit pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga
MAS juga mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati, melihat kondisi ketidakpastian outlook ekonomi dan melemahnya pasar tenaga kerja. Hal itu, ungkap Shanmugaratnam, bisa menurunkan tingkat pendapatan dan permintaan properti.
“Melihat risiko pelemahan, pembeli yang prospektif harus mempertimbangkan lebih detail lagi akan risiko-risiko yang ada dan harus terlindung terlebih dahulu sebelum membuat keputusan jangka panjang seperti membeli properti, mengambil kredit rumah, atau mulai cicilan KPR [kredit pemilikan rumah],” kata Shanmugaratnam.