Bisnis.com, JAKARTA — Milenial dinilai tidak bisa membeli rumah, menjadi tren topik yang lumayan menakutkan belakangan ini. Selama ini, semua kemudahan mulai dari kebijakan pemerintah hingga kemudahan dari pengembang sudah diberikan, tetapi generasi sebagai konsumen terbanyak itu belum juga tertarik, kenapa ya?
Menurut Financial Planner Prita Gozhie, salah satu alasannya adalah karena tingkat pasok dan permintaan yang tidak sesuai, berjalan masing-masing, tidak pernah bertemu.
“Kalau harga rumah lebih murah dan gaji milenial lebih tinggi pasti pada belilah. Artinya sebenernya itu [harga rumah] yang membuat milenial beralih tujuan keuangan dan tidak menjadikan punya rumah sebagai prioritas,” kata Prita dalam rangkaian acara Rapat Kerja Daerah Persatuan Perusahaan Reatestat Indonesia (REI) DKI Jakarta di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Prita menjelaskan bahwa kalau berbicara tentang generasi baby boomers (generasi yang lahir setelah Perang Dunia II, dengan rentang tahun kelahiran 1946—1964), mereka biasanya membeli tanah, kebun, atau apa pun yang memang bisa menghasilkan.
Masuk generasi X (generasi yang lahir dengan rentang tahun kelahiran 1965—1980), ketika mempunyai uang mereka membeli sesuatu yang kelihatan, misalnya, dengan gonta-ganti mobil atau membeli apartemen.
Sementara itu, generasi milenial atau generasi Y (generasi yang lahir dengan rentang tahun kelahiran 1981—1994), ketika mempunyai uang mereka membeli tiket liburan, konser, dan semuanya untuk tujuan dipamerkan melalui media sosial.
“Karena rumah harganya dirasa mahal daripada enggak kebeli apa-apa mendingan beli tiket pesawat, liburan, nonton konser, jajan yang lucu-lucu,” katanya.
Prita menambahkan bahwa jika melakukan edukasi, tak jarang dirinya justru harus menghadapi pertentangan dengan milenial yang bersikeras bahwa penghasilannya lebih baik digunakan untuk konsumsi lain di luar membeli rumah.
Jadi, kata Prita, memang harus menunggu mereka memerlukan rumah dulu. Mau tidak mau. Namun, jangan menyalahkan jika kalau risiko tidak memiliki rumah, investasi properti, dan bahkan sampai bangkrut pada usia 50 tahun tetap menanti.
Memang ada perubahan perilaku, kata artis Nikita Willy. Dengan adanya teknologi digital, orang merasa berbagi apa pun tak menjadi masalah, termasuk berbagi rumah. Menurut milenial, hidup yang berkualitas tak lagi melulu soal membeli rumah untuk pribadi.
“Kalo sebagai artis, foto-foto aja sekarang ngehasilin uang, bisa diandalkan sampai tua. Yang ribet kan orang biasa, kerja susah-susah, lama, malah buat beli tiket liburan demi bisa foto di instagram, beli makanan yang kece, padahal belum tentu enak. Itu ditumpuk baru sadar pas 50 tahun enggak punya uang untuk beli rumah,” tuturnya.
Memang perilaku seperti itu tidak bisa dihindari. Namun, kata Nikita, memang harusnya lebih ditekankan bahwa setidaknya menyisihkan penghasilan untuk investasi itu perlu.
Direktur Utama Eazy Property Rico Tampewas menambahkan bahwa dilihat dari alasan kenapa milenial tidak beli rumah adalah ketidakterjangkauan harga rumah. Seharusnya pengembang lebih peka sehingga membuat pengembangan yang dilakukan kunci utamanya adalah harga yang terjangkau.
“Sekarang tinggal pintar-pintar cari lahan, yang harganya masuk, buat skema yang cicilannya masuk. Aturan pemerintah seperti LTV [loan to value] itu kan sudah sampai 5 persen, gunakan kesempatan itu juga,” ungkapnya di kesempatan yang sama.