Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo : Pengelolaan Batu Bara Perlu Road Map Jangka Panjang

Ketua ESDM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sammy Hamzah mengatakan untuk membuat iklim investasi lebih menarik, road map mengenai pengelolaan batu bara jangka panjang perlu dibuat.
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua ESDM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sammy Hamzah mengatakan untuk membuat iklim investasi lebih menarik, road map mengenai pengelolaan batu bara jangka panjang perlu dibuat.

"Kebijakan batu bara mudah berubah. Oleh karena itu, investasi akan lebih menarik jika sudah ada peta jalan [road map] jangka panjangnya," kata Sammy Hamzah dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Rabu (20/11/2019).

Sammy mengemukakan regulasi yang mudah berubah terutama masalah penetapan harga kadang membuat para investor khawatir dengan kelangsungan bisnis tersebut.

Sementara itu, dari Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) menyatakan bisnis batu bara di Indonesia masih banyak tertinggal dengan negara tetangga.

"Misalnya dengan Vietnam, investor luar lebih berminat menanamkan usahanya di sana karena kepastiannya lebih jelas, terutama masalah harga," kata Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia.

Selain itu, upah buruh yang tidak pasti membuat kekhawatiran dari sisi lain. Kemudian risiko keadaan politik di Indonesia juga sering menjadi pertimbangan yang membuat pengusaha menahan investasi mereka.

Harga penjualan batu bara selama bulan November 2019 dipatok pada angka US$66,27 per ton atau naik 2,27 persen dari harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2019 sebesar US$64,8 per ton.

Ketetapan ini mengacu pada Keputusan Menteri Nomor 224 K/30/MEM/2019 yang ditandatangani oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu bara Acuan untuk Bulan November 2019.

Kenaikan HBA November dipicu oleh meningkatnya permintaan pasar menjelang musim dingin. Harga batu bara tersebut akan digunakan untuk penjualan langsung (spot) selama sebulan pada titik serah penjualan secara di atas kapal pengangkut (FoB Veseel).

Nilai HBA diperoleh rata-rata empat indeks harga batu bara yang umum digunakan dalam perdagangan batu bara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, mayoritas harga acuan untuk 20 mineral logam (Harga Mineral Acuan/HMA) juga mengalami kenaikan di bulan November 2019. Misalnya, untuk harga nikel naik menjadi 17.456,43 dolar AS/dry metric ton (dmt) dari bulan sebelumnya, yaitu 17.176,82 dolar/dmt.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper