Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merespons kenaikan yang terjadi pada komoditas nikel dalam beberapa minggu terakhir.
Adapun, komoditas lain seperti nikel, juga mengikuti gerak penguatan harga emas.
Berdasarkan harga LME, harga nikel berjangka kontrak Juni 2024 ditutup menguat 1,94% atau 350,26 poin ke level US$18.394 per metrik ton. Sementara itu, harga nikel di pasar tunai terpantau menguat 80 poin ke level US$18.394 per metrik ton.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif mengatakan bahwa naiknya harga nikel merupakan siklus yang berulang karena penyebab tertentu.
“Siklus naik turunnya harga untuk semua komoditas mineral adalah suatu kejadian yang selalu berulang dengan penyebab tertentu dan mengarah ke supply demand dan stok yang berubah,” kata Irwandy saat dihubungi, Kamis (25/4/2024).
Irwandy menyampaikan, kembali naiknya harga nikel tidak akan berpengaruh terhadap penentuan kouta nikel.
Baca Juga
Dirinyapun menuturkan bahwa harga yang saat ini mencapai US$19.000 per tonnya, adalah hal yang lumrah bukan sebuah fenomena yang besar.
“Harga saat ini yg naik sekitar US$19.000 per ton bukan merupakan durian runtuh, tapi akibat siklus harga yang terjadi,” ujarnya.
Lebih lanjut, meski harga nikel naik, Irwandy mengatakan bahwa nikel masib tetap akan dibutuhkan bagi industri atau yang lainnya.
“Selain untuk stainless steel, nikel juga dibutuhkan untuk baterei kendaraan listrik dan logam paduan dan logam nikel murni untuk misalnya industri pesawat,” ucap Irwandy.