Bisnis.com, JAKARTA – Berkat surplus pada neraca perdagangan Oktober 2019 sebesar US$161,3 juta, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) diperkirakan menipis menjadi 2,6% dari PDB.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menyatakan surplus pada bulan pertama kuartal IV/2019, membuat dia semakin yakin dalam memperkirakan sampai akhir 2019, CAD berada pada kisaran 2,6% dari PDB.
“Angka ini masih jauh lebih besar dari 2018 yang mana mencatatkan CAD sebesar 2,93% dari PDB,” kata Andry kepada Bisnis.com, Senin (18/11/2019).
Sementara itu untuk cadangan devisa sampai akhir 2019 juga berada pada kisaran US$125 miliar sampai US$130 miliar atau lebih besar dari rata-rata cadangan devisa 2018 yaitu US$120,7 miliar. Cadangan devisa juga diperkirakan membaik seiring dengan peningkatan cadev pada Oktober 2019.
“Hal ini juga sangat dipengaruhi dari pelonggaran kebijakan moneter The Fed, dan sejumlah langkah pemerintah menekan impor,” sambungnya.
Menurutnya, untuk menjaga CAD pada kisaran 2,7% dari PDB adalah dengan menjaga ketahanan Indonesia dari dinamika ketidakpastian global. Terutama pelemahan daya beli akibat perang dagang. Selain itu, nilai tukar rupiah juga harus dijaga pada kisaran Rp14.248 per dolar, lebih baik dari 2018 sebesar Rp14.390 per dolar.
Bisnis.com mencatat, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2019 kembali menyempit yang sebelumnya 3,0% dari PDB menjadi 2,7% dari PDB berkat surplus neraca dagang nonmigas dan transaksi modal.
Sementara itu, Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mencatat surplus US$161,3 juta ini cenderung, membaik dari kondisi bulan sebelumnya yang mencatat defisit US$160,5 juta.
“Surplus tersebut terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan kinerja ekspor nonmigas yang membaik,” kata Onny.
Ekspor nonmigas pada Oktober 2019 tumbuh -2,48% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh -2,70% (yoy), di tengah kondisi global yang semakin melambat. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat disebabkan oleh peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor migas.
Namun, secara kumulatif sampai dengan Oktober 2019, defisit neraca perdagangan migas membaik menjadi US$7,27 miliar, dibandingkan dengan US$10,82 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan impor nonmigas yang menurun didukung kebijakan substitusi impor.
Neraca perdagangan nonmigas pada Oktober 2019 tercatat surplus US$0,99 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$0,60 miliar. Perkembangan tersebut ditopang oleh meningkatnya kinerja ekspor nonmigas, terutama untuk komoditas bahan bakar mineral, bijih, kerak dan abu logam, alas kaki, serta kendaraan dan bagiannya.
Sementara itu, kinerja impor nonmigas juga meningkat didorong oleh impor barang modal seperti mesin/peralatan listrik serta besi dan baja, sejalan dengan kinerja investasi. Pada sisi lain, neraca perdagangan migas mencatat defisit sebesar US$0,83 miliar, sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar US$0,76 miliar.
Peningkatan defisit tersebut didorong naiknya impor migas terutama dalam bentuk hasil minyak dan gas, sedangkan impor minyak mentah turun. Adapun kinerja ekspor migas juga meningkat didorong oleh naiknya ekspor minyak mentah dan gas.