Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja pendapataan negara sampai dengan Oktober 2019 mencapai Rp1.508,9 triliun atau tumbuh 1,2% atau lebih rendah dibandingkan dengan Oktober 2018 yang mencapai 21,3%.
Pelemahan pendapatan negara ini dipengaruhi oleh penerimaan perpajakan yang mencapai Rp1.173,9 triliun atau hanya tumbuh 1,2% dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp333,3 triliun atau hanya tumbuh 3,2%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan lesunya kinerja penerimaan ini tak bisa dilepaskan dari indikator-indikator penerimaan yang mempengaruhinya.
"Harga minyak yang dibawa asumsi dan kurs kita yang lebih kuat empat faktor ini akan mempengaruhi penerimaan pajak migas dan PNBP kita yang pasti menjadi lebih rendah inilah yang menjadi salah satu tekanan di dalam APBN penerimaan terutama dari sisi memiliki," jelas Sri Mulyani, Senin (18/11/2019).
Sri Mulyani menambahkan, pelemahan kinerja penerimaan juga mengonfirmasi adanya kecenderungan pelemahan di sektor-sektor utama perekonomian. Sektor primer misalnya adanya dampak pelemahan ekonomi global telah menekan sektor primer yaitu pertanian yang mengalami dampak risiko kemarau panjang.
"Maka terlihat bahwa sektor primer yaitu pertambangan dan pertanian kontribusinya terhadap pertumbuhan produk domestik bruto," ujarnya.
Hal serupa juga terjadi pada sektor sekunder, pelemahan ini karena sektor manufaktur meskipun tadi sektor konstruksi masih stabil tapi manufaktur juga mengalami tekanan 1,47 dibandingkan dengan tahun lalu 1,55.
"Hanya sektor tersier yang mengalami tekanan perbaikan yaitu menjadi 2,7 dibandingkan tahun lalu 2,57 dan sektor tersier ini memberikan kontribusi terbesar di dalam ekonomi kita nanti kita lihat," jelasnya.