Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Gen Z, Pemerintah Perlu Siapkan Aturan Ketenagakerjaan yang Fleksibel

Generasi Z dalam lima tahun kedepan akan mendominasi jumlah angkatan tenaga kerja. Saat ini jumlah generasi Z sebanyak 15% dari total pekerja di sektor formal. Pada 2024, jumlah tersebut diprediksi naik menjadi 31 juta jiwa gen Z atau 44% dari total pekerja formal lintas generasi sebanyak 70 juta jiwa.
/Istimewa
/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Generasi Z dalam lima tahun kedepan akan mendominasi jumlah angkatan tenaga kerja. Saat ini jumlah generasi Z sebanyak 15% dari total pekerja di sektor formal. Pada 2024, jumlah tersebut diprediksi naik menjadi 31 juta jiwa gen Z atau 44% dari total pekerja formal lintas generasi sebanyak 70 juta jiwa.

Ketua bidang ketenagakerjaan dan jaminan sosial APINDO, Harijanto mengatakan yang perlu dilakukan pemerintah dan pengusaha untuk menghadapi lonjakan generasi Z salah satunya adalah dengan membuat aturan ketenagakerjaan yang fleksibel tanpa melupakan perlindungan jaminan sosialnya.

“Makanya pemerintah sudah antisipasi hal tersebut dengan konsep fleksibel tapi tetap terproteksi. Banyak aturan [undang-undang] yang harus diubah untuk menyesuaikan perkembangan jaman,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (30/10/2019).

Selain perubahan aturan, Harijanto juga mengatakan pelaku usaha perlu membangun suatu ekosistem yang adaptable dengan generasi tersebut.

Co-founder and CEO Rencanamu, Rizky Muhammad menyebut karakterisitik Gen Z cenderung beda dengan generasi lainnya. Sebagai anak kandung teknologi, Gen Z sangat dimanjakan dengan banjirnya informasi, mereka sangat mudah mendapat informasi dengan hadirnya smarphone dan internet.

“Berbeda dengan milenial dan gen X yang baru mengadopsi teknologi ketika menginjak usia remaja dan dewasa,”kata Rizky di Plaza Senayan.

Kendati, karakter Gen Z yang cenderung manja dengan teknologi ini kerap membuatnya bingung ingin jadi apa ke depannya. Pada akhirnya Gen Z bisa melakukan apapun, tapi tidak unggul terhadap salah satu bidang.

“Mudahnya akses dan deranya arus informadi juga membuat mereka tumbuh jadi generasi serba cepat, serba bisa, serta multitasker alias terbiasa melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan.”

Hasil survei yang dilakukan oleh Rencanamu, sebuah platform persiapan karir, pengembangan talenta, dan rekrutmen yang dipersonalisasi berbasis data untuk membantu tenaga kerja muda, terhadap 1,6 juta siswa dan mahasiwa dalam 3 tahun terakhir, 92% siswa SMA/SMK sederajat mengaku bingung dan tidak tahu target kedepan setelah lulus sekolah.

82% siswa SMK mengaku jurusan dan bidang yang diminatinya tidak linier dan 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan.

Rizky mengatakan hasil survei tersebut adalah pertanda adanya krisis talenta dan skill gap yang mengancam perekonomian Indonesia. Hal itu tentu saja akan berdampak pada tingginya angka pengangguran terselubung (underemployment) dan pengangguran di kalangan anak muda.

Dalam hal ini, Rizky mengatakan adanya platform Rencanamu bisa menjadi jembatan bagi angkatan tenaga kerja muda atau Gen Z untuk mengetahui minat dan kemampuan dirinya.

Selain platform tersebut, pendidikan vokasi juga bisa menjadi salah satu solusinya. Kepala Subdirektorat Penyelarasan Kebutuhan Kerja, Kemenristek, Tiomega Gultom menuturkan pendidikan vokasi bisa menjadi solusi agar angkatan tenaga kerja muda bisa mengembangkan skillnya untuk menghadapi persaingan di dunia kerja.

Selain itu, perlunya penyediaan pusat karir di universitas juga bisa menjembatani para angkatan tenaga kerja muda tersebut.

“Kami dari kementerian mendorong bagaimana perguruan tinggi untuk mendirikan pusat karir. Nantinya pusat karir yang akan  membina bagaimana input, proses, output dan outcome, karena saat ini tidak lagi harus punya hardskill, IPK nomer sekian yang penting itu softskill,”kata Tiomega Gultom.

Beberapa kompetensi ideal yang dibutuhkan industri dan harus dimiliki para tenaga kerja  yaitu skill komunikasi seperti client relation, public speaking, dan English profiency, analisis dan berpikir kritis, kemampuan interpersonal, kegigihan dan kreatifitas.

Sebagai informasi,  bonus demografi pada 2020 hingga 2030 diperkirakan akan mencapai 180 juta jiwa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper