Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bakal membuka tahap pelelangan Sistem Pengolahan Air Limbah Jakarta pada November atau Desember 2019.
Proyek pengelolaan air limbah terpadu ini mendapat bantuan penyiapan dan pinjaman konstruksi dari Pemerintah Jepang.
Sekretaris Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR T. Iskandar mengatakan bahwa pelelangan proyek sistem pengolahan air limbah (SPAL) Jakarta dilakukan lebih dini agar konstruksi bisa dimulai pada 2020.
Saat ini, detail engineering design (DED) untuk zona 1 sudah rampung. DED akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan lelang pekerjaan fisik, mulai dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) hingga jaringan pipa.
"Zona 1 mencakup Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan sebagian di Jakarta Utara. Ada empat kegiatan di mana 1 sampai 4 menjadi bagian kami sedangkan paket 5 dan 6 menjadi kewenangan [Pemerintah Provinsi] DKI," jelasnya di Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Iskandar menerangkan bahwa proyek SPAL Jakarta terdiri dari 15 zona yang mana tahap perencanaan baru rampung di zona 1. Investasi pembangunan zona 1 mencapai Rp9,87 triliun, terdiri atas Rp7,7 triliun dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan Rp2,1 triliun dari anggaran pendapatan dan belanja daerah DKI Jakarta.
Baca Juga
Pendanaan porsi APBN berasal dari pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Instalasi pengolahan air limbah di zona 1 akan dibangun di kawasan Pluit seluas 3,90 hektare. IPAL akan bisa mengolah 240.000 meter kubik air limbah per hari. Kapasitas sebesar ini bisa melayani 220.000 sambungan rumah atau hampir 1 juta jiwa yang tersebar di delapan kecamatan.
Menurut Iskandar, saat ini Jakarta baru memiliki satu IPAL terpadu, yaitu di Setiabudi yang sudah dibangun sejak 1986. Untuk itu, fasilitas air limbah terpadu perlu ditambah untuk mengurangi tingkat pencemaran air permukaan maupun air tanah. "Sembilan puluh persen% air permukaan [di Jakarta] terkontaminasi limbah domestik yang terbukti adanya bakteri e-coli," tuturnya.