Bisnis.com, JAKARTA — Perkuliahan jarak jauh (PJJ) akan merambah ke beberapa program dalam pendidikan vokasi. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti, Kemenristekdikti Patdono Suwignjo seiring dengan dibukannya perkuliahan jarak jauh.
“Program vokasi yang memungkinkan juga dibuka,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (14/10/2019).
Dalam hal ini, Patdono mengatakan pihaknya sudah membentuk lembaga khusus yang mengatur perkuliahan jarak jauh. “Kami sudah bentuk unit yang namanya Indonesia Cyber Education [ICE] Institute yang bertanggung jawab terhadap quality assurance mulai dari materi pembelajaran, teknologi, learning management system, dan evaluasinya.”
Menurutnya, Kemenristekdikti mendorong sebanyak mungkin perguruan tinggi umum dan vokasi untuk membuka PJJ. Pasalnya, PJJ akan menjadi model perkuliahan yang efektif untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi nasional. Apalagi, PJJ juga sudah banyak diterapkan di seluruh dunia, terutama negara dari Eropa dan Amerika.
Kendati pun demikian, Model PJJ hingga saat ini belum bisa digelar secara merata di semua kampus. Selain terkendala ketersedian infrastruktur penunjang, yakni internet, PJJ juga terbentur kesiapan dosen dan kultur sosial masyarakat yang masih lebih memercayai sistem kuliah tatap muka.
Ketua Majelis Senat Akademis sekaligus rektor ITS, Priyo Suprobo menuturkan pihaknya mendukung penuh langkah Kemenristekdikti yang membuka diri bahwa perkuliahan dengan fasilitas IT sekarang ini sangat dimungkinkan.
“Kita tahu bahwa perkembangan ilmu itu perbedaannya tipis sekali. Contohnya seperti jurusan teknik sipil, nanti mereka juga akan bicara tentang dunia informatika. Nanti, monitor jembatan bisa dengan jarak jauh. Nah demikian juga dengan perkuliahnya, mungkin nanti jumlah mahasiswa yang ikut kuliah itu semakin banyak, tapi gak di kampus. Mungkin ke depan kampus hanya sebagai tempat administrasi, konsultasi,” kata Priyo.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam perkuliahan jarak jauh ini adalah kualitas tenaga pendidik yang juga harus menyesuaikan dengan perkembangan saat ini. Begitu pun dengan kurikulum yang digunakan.
Sementara itu, Doni Koesoema selaku pengamat pendidikan dari Universitas Multimedia Nusantara menuturkan, perkuliahan jarak jauh dimungkinkan dengan kemajuan teknologi sehingga akses masyarakat pada PT atau Universitas semakin baik.
Tren PJJ perlu disambut positif sebagai bagian dari pemberian akses warga negara pada hak pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
“PJJ di perguruan tinggi perlu disupervisi agar kualitas perkuliahan sama baik dengan kuliah tatap muka. Akan lebih baik bila ada semacam flip classroom, gabungan antara kuliah daring dan luring,” kata Doni.
Menurutnya, PJJ bisa efektif bila Learning Management System (LMS) dibangun sebagai platform interaktif antara dosen dan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan mahasiswa.
“Ke depan, akan ada kuliah yang full PJJ, namun ada yg tidak bisa di PJJ kan. Pendidikan vokasi menurut saya sejauh bisa dan memungkinkan bisa dibuat PJJ. Namun yang terkait praktik dan kerja, tetap tidak bisa di PJJ kan.”