Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM menyatakan sebagian besar metanol untuk kebutuhan fatty acid methyl ester (FAME) masih diimpor.
Kepala Balitbang Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menilai upaya untuk mengatasi permasalahan impor metanol berada di ranah Kementerian Perindustrian. Adapun metanol menyumbang sekitar 13% hingga 14% campuran FAME.
"Jumlah persisnya [volume impor] saya tidak tahu, tapi sebagian keperluan metanol masih diimpor," katanya kepada Bisnis, Senin (7/10/2019).
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andrian Feby Misna mengatangan kebutuhan metanol yang masih didatangkan dari luar negeri menjadi salah satu tantangan dalam mengembangkan biodiesel di Indonesia.
Pihaknya pun mengaku masih mendiskusikan sejumlah opsi untuk memenuhi kebutuhan metanol untuk mendukung mandatori biodiesel 30% (B30) mulai 2020.
Selain permasalahan pasokan metanol, ada sejumlah tantangan lain dalam perkembangan biodiesel, yakni perlunya stok jaminan keberlanjutan, kesiapan dari industri penunjang, insentif pendanaan yang masih bergantung pada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-PKS), permasalahan infrastruktur, hingga kampanye negatif penggunaan biodiesel dari pihak luar.
Saat ini, harga biodiesel memang masih lebih mahal dibanding solar subsidi sehingga insentif masih diterapkan.