Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Belanja Modal AS yang Melemah Cemaskan Investor

Investor sedang bersiap untuk investasi modal yang lebih berhati-hati, seiring dengan peningkatan kekhawatiran perusahaan-perusahaan AS. Hal ini berpotensi menggiring AS menuju musim pendapatan rendah dan resesi ekonomi.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA - Investor sedang bersiap untuk investasi modal yang lebih berhati-hati, seiring dengan peningkatan kekhawatiran perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Hal ini berpotensi menggiring AS menuju musim pendapatan rendah dan resesi ekonomi.

Berdasarkan laporan Reuters, peningkatan belanja modal telah lebih lemah dari tahun lalu. Padahal, beberapa insentif seperti pemotongan pajak perusahaan telah diberikan untuk membantu meningkatkan pengeluaran.

Beberapa ahli ekonomi mengatakan kekhawatiran tentang ekonomi dan perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat dan Cina menjadi penyebab utama melemahnya pertumbuhan investasi tersebut.

"Sangat mungkin bahwa belanja modal akan berada di bawah ekspektasi. Kita berada dalam kondisi ketidakpastian kebijakan ekonomi yang tinggi. Itu mengurangi investasi bisnis," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco di New York, seperti dilaporkan Reuters, Sabtu (5/10/2019).

Menurut data perkiraan analis yang disusun oleh Manajer Senior Penelitian Refinitiv, David Aurelio, pengeluaran modal diperkirakan hanya tumbuh 3,0% secara tahunan pada kuartal ketiga dari tahun ini, yang merupakan capaian terendah sejak kuartal kedua 2017.

Bahkan, perkiraan itu turun menjadi 1,1% pada kuartal keempat tahun ini, dan berlanjut beberapa kuartal tahun depan.

Adaapun, periode pelaporan pendapatan bank-bank besar termasuk JPMorgan Chase (JPM.N) dan lainnya yang melaporkan pada 15 Oktober.

Namun, Refinitiv juga memperikaran hasil keseluruhan juga relatif lemah. Pasalnya analis memperkirakan pendapatan untuk perusahaan S&P 500 telah menurun 2,7% pada kuartal ketiga tahun ini.

Sementara itu, Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial, yang berbasis di Newark, New Jersey, menyampaikan pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat membantu karena mengurangi biaya pinjaman,

Meskipun demikian, menurutnya, ada faktor perang perdagangan yang juga telah mengikis kepercayaan pelaku bisnis.

"Pembicaraan tentang apakah kita akan memasuki resesi, yang menegakkan kehati-hatian oleh perusahaan. Pada akhirnya yang mereka khawatirkan adalah pertumbuhan pendapatan," kata Quincy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper