Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional meyakini investasi bakal terkerek nasional dan bisa menekan biaya logistik.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro menyatakan dalam jangka pendek, investasi infrastruktur untuk membangun ibu kota di Kalimantan Timur akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dan sekitarnya.
Bambang memproyeksikan peningkatan investasi riil di Kalimantan Timur mencapai 47,7%.
Peningkatan investasi riil di Pulau Kalimantan tercatat 34,5%, sedangkan peningkatan investasi riil di Indonesia tercatat 4,7%.
Investasi yang terproyeksi positif ini tak lepas dari faktor menggeliatnya perdagangan dari provinsi lain masuk ke Kalimantan Timur.
Bambang membeberkan kontribusi investasi di Kalimantan mulai menurun. Tercatat pada 2018, Kalimantan juga hanya memberi andil 7,6% terhadap investasi (PMTB) nasional. Padahal pada 2010 andil PMTB nasional dari Kalimantan tercatat 8,4% yang setiap tahun sampai 2017 mengalami penurunan hingga 7,5%.
Di Kalimantan Timur sendiri pada 2018, kontribusi PMTB hanya 3,6%. Sementara itu pada 2010 tercatat 4,6% cenderung stagnan sampai 2017 mencapai 3,5%.
Dengan operasionalisasi ibu kota baru, dia yakin akan mendorong konektivitas.
Imbasnya, dalam jangka panjang operasionalisasi ibu kota baru di Kaltim akan memberi penurunan biaya logistik.
"Pasti nanti akan terjadi penurunan biaya logistik antar-Kalimantan Timur dengan wilayah kawasan Timur Indonesia dan kawsan barat Indonesia," paparnya di Kantor Bappenas, Senin (16/9/2019).
Selain itu pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur akan meningkatkan output beberapa sektor nontradisional di provinsi lain di Kalimantan.
Dia memerinci, sektor tradisional yang akan mengalami perlambatan antara lain; perkebunan, kehutanan, dan batu bara.
Sementara itu, sektor nontradisional akan berkembang di provinsi lain di Kalimantan untuk menyuplai kebutuhan di Kaltim.
"Keteralihan ini sangat penting karena Kaltim juga sudah sangat ketergantungan dengan komoditas seperti batu bara. Menyebabkan Kalimantan rentan terhadap pergerakan harga komoditas di pasar global," jelasnya.