Bisnis.com, JAKARTA – Produksi industri Jerman secara tak terduga menurun lebih lanjut pada Juli saat tensi perdagangan dan memudarnya kepercayaan bisnis terus membebani permintaan global.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (6/9/2019), output industri turun 0,6 persen pada Juli dibandingkan dengan Juni 2019, sekaligus meleset dari estimasi ekonom yang memperkirakan kenaikan tipis.
Data tersebut menunjukkan kemerosotan lebih lanjut dalam prospek negara berekonomi terbesar di Eropa ini. Sebelumnya, data pesanan pabrik Jerman dilaporkan melemah pada Juli, memperburuk pelemahan industri yang telah mendorong negeri ini ke jurang resesi.
Pada 1 September, pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China saling melancarkan tarif baru terhadap impor masing-masing, memanaskan drama perdagangan dengan konsekuensi serius secara internasional.
Meski para pejabat pemerintah dua ekonomi terbesar dunia itu telah sepakat untuk mengadakan pertemuan kembali pada Oktober untuk membahas perdagangan, tetap tampak skeptisisme di kedua belah pihak bahwa kemajuan substantif akan dapat dibuat.
"Momentum industri masih lemah. Mengingat awal yang lesu pada semester kedua dan tidak adanya pemulihan pesanan, tidak terlihat adanya perbaikan dalam tren industri,” terang Kementerian Ekonomi Jerman dalam sebuah pernyataan hari ini.
Baca Juga
Pada Juli pula, produksi barang-barang investasi dan output energi merosot sementara barang-barang konsumen dan konstruksi membaik.
Pada Kamis (5/9), permintaan industri turun 2,7 persen dibandingkan bulan Juni karena pesanan dari luar zona euro anjlok. Pesanan untuk barang-barang dasar, investasi dan barang-barang konsumsi pun menurun.
Bagaimanapun, bursa kerja nasional masih bertahan, dengan laporan terpisah pada Jumat (6/9) menunjukkan biaya tenaga kerja meningkat 0,8 persen pada kuartal kedua.
Ekonomi Jerman mengalami kontraksi pada kuartal kedua dan Bundesbank telah memperingatkan penurunan serupa akan terjadi di kuartal ketiga, yang menandakan adanya resesi teknis.
Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan akan mengadakan pertemuan pekan depan untuk menetapkan kebijakan moneter, dengan perkiraan akan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut dan pembelian aset baru yang diperbarui.