Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cegah Pelebaran CAD, Ini Saran Jitu dari Astra

Direktur PT Astra International Tbk. Gidion Hasan menyatakan produk otomotif kendaraan roda 2 atau kendaraan bermotor roda 4 adalah penyumbang surplus devisa.
Pekerja merakit mobil. /Bisnis.com
Pekerja merakit mobil. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Untuk menggeliatkan permintaan industri otomotif dan mengecilkan defisit, sektor tenaga kerja dan tarif bahan baku lokal perlu solusi.

Direktur PT Astra International Tbk. Gidion Hasan menyatakan produk otomotif kendaraan roda 2 atau kendaraan bermotor roda 4 adalah penyumbang surplus devisa. Namun, akibat komponen spare part masih impor, sektor ini masih mencatatkan penerimaan atau devisa yang negatif. Alasannya, bahan baku dalam negeri belum mencukupi kebutuhan pelaku usaha.

Meski begitu, dia mengklaim local content atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sudah dipenuhi produk-produk Astra. Astra International telah menjalankan kewajiban kolaborasi dengan produsen komponen otomotif dalam negeri. 

Gidion menjelaskan, kondisi produksi otomotif Indonesia selama 7 tahun terakhir cenderung stagnan pada kisaran 1,1 juta unit per tahun, sedangkan Astra memproduksi sekitar 2 juta unit per tahun.

Alhasil, kondisi oversupply ini memperparah bisnis karena membuat terbantingnya harga mobil produksi dalam negeri. 

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah bisa melakukan harmonisasi tarif, khususnya untuk barang yang diproduksi dalam negeri. Apalagi, harga barang-barang yang diproduksi di Indonesia saat ini tarif pemasok yang didapat cukup rendah. 

"After market Indonesia 77 juta unit dan butuh spare part, mobil 20 juta populasinya. Maka after market ini harus bisa disuplai," terangnya di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Dia juga meminta agar produk otomotif yang sudah mampu diproduksi dalam negeri harus bisa bertahan dari gempuran perusahaan asing. Dia mengusulkan pentingnya tata kelola bagi perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. 

Sebagai contoh, mobil listrik bertenaga baterai atau battery electric vehicle (BEV), Indonesia sudah memiliki bahan baku namun tak memiliki teknologi untuk baterai. "Alangkah baik jika kita mampu mengundang perusahaan untuk memproduksi bahan baku di Indonesia," terang Gidion.

Dia pun menegaskan dengan penguatan bahan baku maka impor bahan baku bisa ditekan. Dengan langkah itu, defisit transaksi berjalan (CAD) tidak semakin melebar.

Selain bahan baku, masalah ketenagakerjaan juga masih perlu perhatian ekstra. Gidion menyebut dalam 4 tahun terakhir, produktivitas tenaga kerja telah tumbuh 40 persen. 

Saat ini, Astra telah memberikan pelatihan untuk memastikan kompetensi dasar tenaga kerja bidang otomotif cukup baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper