Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Bisnis Transportasi Darat Menjanjikan

Prospek jasa transportasi darat berbasis jalan masih sangat menjanjikan, karena ditopang masifnya pembangunan infrastruktur dan ekspansi pabrik sejumlah perusahaan besar.
Sejumlah calon penumpang bus menunggu keberangkatan di Terminal Tipe A Mengwi, Badung, Bali, Minggu (26/5/2019)./ANTARA-Fikri Yusuf
Sejumlah calon penumpang bus menunggu keberangkatan di Terminal Tipe A Mengwi, Badung, Bali, Minggu (26/5/2019)./ANTARA-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek jasa transportasi darat berbasis jalan masih sangat menjanjikan, karena ditopang masifnya pembangunan infrastruktur dan ekspansi pabrik sejumlah perusahaan besar.

Dalam beberapa tahun ke depan, populasi angkutan barang nasional diprediksi tumbuh 50% per tahun.

Direktur Utama PT Putra Rajawali Kencana (Pura Trans) Ariel Wibisono menuturkan pemerintah telah merampungkan pembangunan tol Trans Jawa yang membentang dari Merak hingga Probolinggo sepanjang 969 km.

Fasilitas ini dan Sistem Logistik Nasional yang terintegrasi akan mempermudah dan mempercepat arus pengiriman barang dengan menggunakan truk.

Dari sisi pasar, dia menerangkan proyek pembangunan pemerintah terus meningkat dan kebutuhan serta konsumsi ritel tumbuh sebesar 5%-6% per tahun. Ini akan mendongkrak permintaan jasa pengiriman barang.

“Pasar dan fasilitasnya juga sudah ada, sehingga pertumbuhan harus meningkat. Ini juga sejalan dengan agenda pemerintah. Setelah infrastruktur tuntas, tentunya pemerintah berniat memacu ekonomi," ujar Ariel di Jakarta, Selasa (3/9/2019).

Khusus di Jawa, kata Ariel, omzet bisnis pengangkutan dengan truk tahun ini diprediksi mencapai Rp1 triliun. Tahun depan, jumlahnya diprediksi naik 50% menjadi Rp 1,5 triliun. Tren ini akan terus berlanjut hingga empat tahun berikutnya.

Ariel menambahkan, pengusaha truk kini juga dapat bersinergi dengan angkutan multimoda, seperti kereta api dan tol laut. Dengan demikian, proses pengiriman barang dapat menjangkau lintas provinsi dan pulau.

"Masa depan bisnis truk akan cerah terus. Artinya, order akan tetap ada dan proses bisnis juga terbantu dengan adanya geliat infrastruktur. Volume yang terus meningkat akan diimbangi kecepatan pengiriman yang disinergikan dengan antarmoda lainnya. Maka, bisnis truk akan menjadi primadona, karena truk adalah urat nadi ekonomi nasional," papar dia.

Untuk menjaga kinerja sektor ini, kata Ariel, pemerintah perlu merilis kebijakan kondusif. Dia menyarankan monitoring jembatan timbang sebaiknya ditempatkan langsung di pintu keluar masuk area industri sebagai tempat yang lalu lintas barangnya padat. Dengan begitu, aturan-aturan dan regulasi pemerintah mengenai pembatasan berat dapat tersampaikan ke pemangku kepentingan, industri penghasil serta industri pemilik barang.

Dia juga menyarankan klasifikasi barang dapat dipetakan seperti layaknya kontainer, yakni jenis kargo umum dan kargo khusus. Tujuannya agar kapasitas dan berat dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pengelompokan jenis barang, termasuk pengawasan dan pengaturan di jembatan timbang.

Sebagai informasi, Pura Trans adalah unit bisnis Grup Rajawali. Perseroan melayani pengiriman building material dan infrastruktur, seperti batu bata ringan, semen putih, asbes serta aneka komoditas, antara lain pupuk, semen, minyak goreng, hingga barang jadi. Hingga kini, total truk Pura Trans mencapai 145 unit, dengan jangkauan operasi Jawa hingga Sumatra.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi Ilham Masita mengatakan, bisnis logistik tahun ini akan tumbuh sekitar 10% dibandingkan tahun lalu. Kemudian, bisnis logistik pada 2020 sekitar 8-9%. Angka itu masih lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia.

"Pertumbuhan 10% tidak lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bisnis logistik pada tahun-tahun sebelumnya rentang antara 12% dan 14%," tutur Zaldi. Kendati  demikian,prospek bisnis logistik pada 2020, menurut Zaldi, tetap harus diwaspadai. “Salah satu faktor yang harus diwaspadai adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China," papar Zaldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Herdiyan
Editor : Herdiyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper