Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha optimistis okupansi hotel di Kalimantan Timur akan terkerek drastis seiring dengan wacana pemindahan ibu kota negara ke provinsi tersebut.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) M. Zulkifli berpendapat pemindahan lokasi ibu kota ke Kalimantan Timur akan menggairahkan sektor pariwisata khususnya di Kaltim.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kalimantan Timur periode Januari hingga Juni 2019 sebanyak 1.300 wisman. Sepanjang tahun lalu, jumlah wisman yang datang ke Kaltim sekitar 2.700 wisman.
"Dengan dipindahkan ibu kota ke Kaltim, saya yakin kunjungan wisman ke Kaltim akan meningkat berkali lipat dan tentu akan berdampak pada okupansi hotel," katanya kepada Bisnis, Rabu (28/8/2019).
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya juga meyakini dengan adanya ibu kota baru di Kalimantan Timur akan berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara.
Provinsi Kaltim nantinya akan menambah gerbang kedatangan wisman yang selama ini selalu di pegang oleh Bali, Jakarta dan Kepulauan Riau.
Baca Juga
Dia menilai pemindahan ibu kota bagi pariwisata menjadi tantangan sekaligus kesempatan baru untuk menambah produk pariwisata Indonesia.
"Produk dalam pariwisata itu destinasi, sedangkan customer-nya adalah originasi. Ini akan bermunculan destinasi-destinasi baru di Kalimantan. Selama ini belum banyak bergerak ke pariwisata karena masih di pertambangan, minyak dan batubara," ucapnya.
Saat ini, salah satu yang dilakukan Kemenpar yakni mendorong terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Kalimantan Timur seperti kawasan Nusa Dua di Bali.
"Bangun KEK wisata di Kaltim seperti di Nusa Dua yang ramai dikunjungi turis. Kaltim punya Derawan dan Maratua yang bisa dijadikan KEK," katanya.