Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif menilai meskipun harga emas cukup stabil tetapi tanpa dibarengi dengan investasi eksplorasi tidak akan berpengaruh pada prospek pertambangan emas di Indonesia.
Menurutnya, investasi eksplorasi yang masih rendah menjadi batu sandungan dalam penemuan cadangan besar atau giant discovery untuk pertambangan di indonesia termasuk komoditas emas. Saat ini tambang emas yang berjalan aktif adalah yang dimiliki perusahaan skala besar seperti Freeport, Amman Mineral, Merdeka Copper, J Resources, dan Indo Muro Kencana.
Padahal, di saat semua harga komoditas tambang menurun, hanya nikel, emas, dan perak yang menjadi pengecualian. Bahkan, harga emas yang paling kecil fluktuasinya atau terhitung memiliki harga yang cukup stabil.
Irwandy menilai eksplorasi pada daerah baru atau green field untuk tambang emas masih rendah.
"Jadi prospek emas masih menjanjikan ke depan," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/8/2019).
Adapun PT Agincourt Resources menganggarkan US$25 juta untuk kegiatan eksplorasi pada tahun ini guna mendapatkan cadangan baru yang bisa memperpanjang umur tambang.
Berdasarkan laporan tahunan 2018 Agincourt Resources, sumber daya emas hingga 31 Desember 2018 sebanyak 8,1 juta ounces dan perak sebanyak 69 juta ounces.
Wakil Presiden Direktur dan CEO Agincourt Resources Tim Duffy mengatakan cadangan tersebut diperkirakan bisa ditambang selama 16 tahun. Namun, pihaknya terus melakukan eksplorasi untuk memperpanjang umur tambang tersebut.
"Kami masih bisa menambang 16 tahun, tapi kalau bisa diperpanjang beberapa tahun lagi mengapa tidak," katanya