Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mengakui adanya potensi peningkatan impor dari China pascakebijakan negara tersebut mendevaluasi mata uang renminbi.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan, secara teori pelemahan yuan terhadap mata uang utama dunia, terutama dolar AS akan membuat barang yang diekspor negara tersebut menjadi lebih murah.
Dia menambahkan, di Indonesia barang konsumsi dan bahan baku penolong yang selama ini diimpor dari China akan mengalami kenaikan akibat murahnya harga komoditas tersebut.
"Namun secara teori dampak itu baru akan terasa pada 2--3 bulan ke depan. Karena disesuaikan dengan kontrak pembelian impor yang biasanya berlaku 2--3 bulan mendatang," ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (11/8/2019).
Akan tetapi, dia menyebutkan hingga saat ini pemerintah belum memetakan seberapa besar dampak dari devaluasi yuan terhadap laju impor Tanah Air. Pemerintah, lanjutnya, juga belum memiliki langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman lonjakan impor akibat kebijakan moneter China tersebut.
"Namun, bagi industri yang selama ini membutuhkan bahan baku penolong atau barang modal, tentu saja kebijakan China ini akan memberikan stimulus bagi mereka," ujarnya.