Bisnis.com, JAKARTA — Pemgembang properti di Sulawesi Utara makin resah karena kuota fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan yang menipis dan tak kunjung ditambah.
Data Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menyebutkan bahwa saat ini kuota nasional tinggal 20.000 unit, sedangkan di Sulawesi Utara, kata Ketua DPD REI Sulut Sonny Mandagi, tinggal hitungan jari.
"Di sulut ada 133 pengembang, mayoritas pengembang subsidi, itu punya kredit konstruksi. Nah. di Sulut kuotanya beda sama nasional, sudah habis. Bahkan ada satu bank pemerintah yang sudah ngeluarin statement bahwa berhenti. Kami setop untuk KPR [kredit pemilikan rumah] subsidi," ujarnya ketika ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Dengan kondisi itu, banyak pengembang di sana yang khawatir tidak bisa melanjutkan penjualan rumah yang sudah dibangun. Pasalnya, tiap daerah memiliki kuota yang berbeda-beda.
Sonny menyebutkan bahwa pengalihan kuota dari kota lainnya yang masih ada ke Sulut tidak memungkinkan dalam waktu dekat karena perlu melalui proses persetujuan dari berbagai pihak.
"Target kami membangun 4.000 rumah, sudah terbangun 2.100 unit, 900 sudah di-KPR-kan sejak Januari [2019]. Nah, yang 1.200 unit ini terpaksa menggantung sampai kuota tambahan turun."
Baca Juga
Seandainya tidak cair, kata Sonny, banyak pengembang yang akan mengalami kesulitan membayar kewajiban mereka ke bank.
Selain itu, akan berdampak pula ke pengguna yang kreditnya sudah mendapat persetujuan, bisa KPR, tapi tidak bisa memproses pembelian karena kuotanya sudah habis.
"Mudah-mudahan dengan kuota tambahan ini secepatnya [direalisasi], mohon pemerintah mempertimbangkan. Jadi, bukan cuma di pusat, tapi [pengembang] di daerah-daerah sudah resah semua," sambungnya.