Bisnis.com, JAKARTA Anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) di bidang hulu migas, Saka Indonesia Pangkah Limited, mencatatkan rapor merah atas produksi siap jual atau lifting terhadap target APBN 2019.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak Saka Indonesia Pangkah sepanjang semester I/2019 sebesar 52 persen dari target lifting APBN 2019 sebanyak 5.600 barrel oil per day (BPOD).
Selain Saka Indonesia Pangkah, ada beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain dengan rapor merah pada semester I/2019, seperti Kangean Energi Indonesia sebesar 67 persen, Pertamina Hulu Energi 60 persen (gas bumi) dan 69 persen (minyak), serta Husky-CNOOC Madura Ltd 30 persen.
Ketika dikonfirmasi, pihak Saka Energi Indonesia belum dapat memberikan keterangan. Begitu pula Direktur Utama PGN Gigih Prakoso yang belum dapat memberikan komentar.
Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan pengawasan produksi migas terus dilakukan oleh SKK Migas. "Mereka yang mengawasi. Yang mengesahkan berapa pengeborannya juga SKK Migas," katanya, Selasa (30/7/2019).
Tahun ini, Saka Energi Indonesia disibukkan dengan target penyelesaian dua proyek hulu migas di Lapangan Sidayu dan West Pangkah pada Kuartal II/2020 agar menambah produksi minyak hingga 7.000 BOPD dan gas bumi mencapai 29 MMSCFD.
Baca Juga
Tahun lalu, Saka berhasil membukukan produksi sebanyak 49.600 barrel oil equivalent per day (BOEPD) atau lebih rendah dari produksi 2017 sebanyak 51,400 BOEPD karena berakhirnya dua blok produksi, yakni Sanga-sanga dan Southeast Sumatera, pada kuartal III/2018.
Saat ini, Saka Energi mengelola hak partisipasi di 10 aset di Indonesia dan satu blok gas serpih (shale gas) di Amerika Serikat. Lima Blok Migas dioperasikan sepenuhnya oleh Saka dengan kepemilikan 100 persen, yakni Pangkah, Sesulu Selatan, Wokam II, Pekawai, dan Blok West Yamdena.
Diproyeksi, proyek Sidayu diperkirakan lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan proyek West Pangkah, meski masih dalam satu periode.
West Pangkah mampu memproduksi minyak sebesar 4.000 bopd dan gas bumi sebesar 29 MMSCFD, sementara Sidayu diharapkan mampu memproduksi minyak di atas 3.000 BOPD.