Bisnis.com, DEMAK—Kementerian Perhubungan menargetkan Terminal Tipe A di Kecamatan Wonosalam, Demak, Jawa Tengah dapat beroperasi pada pertengahan 2020.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan pemerintah mendorong pengadaan angkutan massal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bepergian. Di antara sejumlah fasilitas transportasi umum yang ada, bus belum menjadi favorit.
Pamor bus masih kalah mentereng dengan pesawat dan kereta api sebagai pilihan utama masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyamankan penggunaan bus, pemerintah berupaya membenahi terminal menjadi kelas A.
Terminal Tipe A memiliki fasilitas dan bangunan layaknya bandara, sehingga masyarakat semakin tertarik menggunakan angkutan massal. Selain itu, para pelaju memiliki berbagai pilihan dalam bepergian.
Salah satu Terminal Tipe A yang tengah dikebut pekerjaannya ialah Terminal Demak. Diharapkan pembangunannya dapat rampung pada pertengahan 2020.
“Kami komitmen, akan dipenuhi dan rampung pertengahan 2020, sehingga Lebaran tahun depan Insya Allah sudah bisa digunakan,” ujar Menhub saat meninjau proyek Terminal Demak, Sabtu (27/7/2019).
Baca Juga
Saat ini, kemajuan pembangunan terminal itu mencapai 21 persen. Total dana yang dikucurkan dari APBN sebesar Rp58 miliar, dengan perincian pada 2018 Rp3,5 miliar, 2019 Rp4 miliar, dan 2020 Rp50 miliar.
Menhub berharap Terminal Demak dapat memudahkan masyarakat setempat untuk bepergian. Di sisi lain, keberadaan terminal memudahkan aktivitas logistik barang, seperti penjualan hasil bumi ke arah Jakarta.
“Harapannya Terminal Demak turut membantu perekonomian masyarakat setempat, karena memudahkan aktivitas logistik,” imbuh Menhub.
Terminal Demak memiliki luas 51.000 m2 atau 5,1 hektare (ha). Rencananya, tempat tersebut dapat menampung 800 sampai 1.000 unit bus.
Bupati Demak M. Natsir mengatakan posisi Demak terbilang strategis, sehingga keberadaan terminal sangat dibutuhkan. Saat ini, perjalanan ataupun jalur logistik dari Kudus dan Jepara menuju Jakarta harus melewati Demak.
Kota Wali ini juga menghubungkan Semarang—Kudus, dengan jarak ke masing-masing kota sekitar 25 km. Oleh karena itu, mulai sore hingga malam hari, jalan-jalan utama dipenuhi bus.
“Karena belum ada terminal memadai, sementara ada tiga lokasi yang kami gunakan sebagai tempat pemberhentian bus. Kondisinya kurang layak, sehingga memang kita sangat membutuhkan terminal,” ujarnya.