Bisnis.com, JAKARTA--Australia masih memegang posisi strategis sebagai pemasok utama daging merah ke Indonesia meski sejumlah kompetitor mulai menjajal pasar Tanah Air.
Kerja sama bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang ditargetkan rampung diratifikasi tahun ini dipastikan bakal memperkuat transaksi dagang daging sapi kedua negara.
"Kalau sudah berlaku, seperti paparan BKPM [Badan Koordinasi Penanaman Modal], kerja sama kedua negara akan memasuki era keemasan. Selain menghilangkan tarif, nantinya akan ada paket kerja sama ekonomi, akan ada kemudahan penukaran expertise antara kedua negara. Dari sini bisa dilihat juga bagaimana kami bisa menjadi rantai pasok yang lebih kompetitif dan sustainable," tutur Valeska, Country Manager of Meat & Livestock Australia untuk Indonesia, di sela-sela kegiatan diskusi bertema Beef Talk: Towards Industry 4.0 di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Departemen Pertanian dan Sumber Daya Air (DAWR) Australia mencatat total ekspor daging sapi ke Indonesia untuk periode 2017-2018 berada di angka 58.213 ton dengan nilai mencapai A$325,7 juta. Jumlah tersebut naik 14,45 persen dibanding periode 2016-2017 dengan raihan ekspor sebesar 50.860 ton.
Indonesia sendiri merupakan negara ke-5 terbesar pasar ekspor daging sapi Australia setelah Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China. Dengan pertumbuhan rata-rata 14 persen selama 2015-2018, Indonesia menguasai 5,4 persen dari total volume ekspor daging sapi Australia yang mencapai 1,1 juta ton per tahun.
Valeska tak memungkiri kompetisi pasar daging impor Indonesia kian intensif seiring masuknya pemain baru seperti India dengan daging kerbaunya atau Brasil yang kini tengah gencar melakukan pembicaraan dengan Indonesia. Kendati demikian, ia meyakini Australia tetap memiliki keunggulan tersendiri dibanding eksportir lain.
Baca Juga
Selain melihat faktor geografis dan logistik, Valeska mengungkapkan impor sapi hidup untuk usaha feedlot (penggemukan) bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Ia mengatakan pelaku usaha bisa memanfaatkanya untuk menjajal potensi re-ekspor produk olahan.
Di sisi lain, impor tarif sebesar 5 persen yang dikenakan pada daging asal Australia pun akan dihapus seiring pemberlakukan IA-CEPA pada masa mendatang. Hal ini tentunya membuat daging asal Australia menjadi lebih murah bagi konsumen Indonesia.
"Dari sisi sapi hidup pun sudah lama didatangkan ke Indonesia untuk digemukkan. Saya rasa ada potensi untuk ekspor, tak hanya daging, namun produk dengan nilai tambah seperti sosis, bakso, beef bacon, itu akan bagus sekali. Di mana-mana orang makan bakso, seperti sumber makanan utama," tuturnya.