Bisnis.com, JAKARTA--Keputusan Pemerintah Indonesia tetap melibatkan ConocoPhillips dan Repsol dalam perpanjangan operasi Blok Corridor menjadi pengakuan atas pentingnya peranan perusahaan internasional di sektor hulu bisnis migas Indonesia.
Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood mengatakan Blok Corridor merupakan blok migas terminasi terakhir dari tiga besar blok migas Indonesia setelah Blok Mahakam dan Rokan.
Merujuk keputusan pemerintah yang memberikan dua blok pendahulunya ini kepada Pertamina, ada kondisi yang berbeda dengan nasib di Blok Corridor di mana ConocoPhillips dan Repsol tetap mendapat porsi saham.
Pemerintah menetapkan besaran hak partisipasi Blok Corridor, ConocoPhillips (Grissik) Ltd. sebesar 46 persen (operator), Talisman Corridor LTd (Repsol) sebesar 24 persen, dan Pertamina Hulu Energi Corridor sebesar 30 persen. Hak partisipasi tersebut masing-masing sudah termasuk 10 persen untuk bagian BUMD.
Menurutnya, keputusan tersebut menunjukkan sikap pragmatis pemerintah menyusul berakhirnya pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia.
“Keputusan ini mengakui pentingnya pengalaman dari perusahaan migas internasional. Dengan telah diberikannya persetujuan POD [rencana pengembangan] Proyek LNG Abadi, mengindikasikan bahwa mempertahankan pengalaman dan modal perusahaan migas internasional kembali menjadi perhatian pemerintah,” tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa (23/7/2019).
Baca Juga
Keberlanjutan pengelolaan Blok Corridor juga memberi arti bagi ConocoPhillips. Dia menjelaskan ConocoPhillips berhasil melakukan negosiasi panjang untuk mempertahankan aset kelima terbesarnya yang telah berproduksi.
Hak operatorship blok ini memang akan dialihkan ke Pertamina pada 2026, namun terdapat masa transisi yang akan memastikan keberlanjutan investasi dan menghindari gangguan produksi migas.
“Ini adalah hasil positif bagi semua pihak. ConocoPhillips akan mempertahankan saham di kontrak kerja sama, sementara Pertamina dapat beralih ke peran operator selama beberapa tahun sehingga menghindari risiko investasi,” katanya.
Sementara untuk Repsol, keterlibatannya di Blok Corridor memberi ruang dalam diskusi rencana eksplorasi dan pengembangan ini. Pasalnya, mempertahankan saham di blok ini bukan hanya signifikan guna mempertahankan portofolionya di Asia Pasifik, tetapi juga memfasilitasi pengembangan temuan cadangan gas 2 triliun kaki kubik (TCF) di Kali Berau Dalam (KBD).
“Temuan di Blok Sakakemang ini cara paling langsung untuk menuju tahap komersialisasi, yakni melalui infrastruktur yang ada di Blok Corridor,” tutur Andrew.