Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia berencana menurunkan suku bunga. Langkah ini dinilai baik bagi industri properti, tetapi dampaknya tidak bisa langsung dirasakan dalam waktu dekat.
Head of Research dan Direktur Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan bahwa dalam walaupun suku bunga acuan BI naik turun beberapa tahun terakhir, dampaknya tidak bisa langsung kelihatan di sektor properti karena properti itu bukan sektor yang likuiditasnya tinggi.
“Jadi, bukan berarti setiap ada RDG [Rapat Dewan gubernur] keluar hasil suku bunga, langsung akan ada pengaruhnya pada sektor properti. Buktinya dari 2017 suku bunga itu rendah, tapi kondisinya sampai sekarang tetap sama saja. Jadi, karena banyak faktor,” katanya kepada Bisnis, Kamis (18/7/2019).
Suku bunga acuan BI, kata Anton, bisa saja memberi pengaruh kalau perubahannya besar.
“Harusnya kan namanya suku bunga acuan ya, jadi acuan suku bunga perbankan. Cuma untuk keputusan bank menurunkan atau menaikkan suku bunga kan tetap kembali pada keputusan bank itu sendiri,” lanjut Anton.
Suku bunga yang ada di bank, menurut Anton, sebenarnya masih dalam posisi yang rendah, tapi kembali bahwa pasar properti juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya untuk bergerak
Baca Juga
“Faktor lainnya itu, misalnya, harga. Itu masih sangat menjadi concern daripada pembeli atau investor. Penjualan di pasar juga belum akan banyak bergerak walaupun suku bunganya rendah,” tutupnya.