Bisnis.com, JAKARTA -- Pelambatan ekonomi China bisa memperparah kinerja ekspor dan memberi defisit neraca dagang jika tak diantisipasi dengan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas.
Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata Tbk. mengatakan pencatatan surplus neraca dagang Juni 2019 memang lebih diakibatkan oleh konstraksi lebih besar pada impor. Selain itu surplus pada neraca non migas juga kian menurun.
"Artinya kita menghadapi volume ekspor nonmigas menurun ini memang dipengaruhi oleh tren pelambatan global secara khusus ekonomi China," ujar Josua kepada Bisnis.com, Selasa (16/7/2019).
China sebagai mitra dagang utama Indonesia ini jelas memberi efek pada kinerja ekspor Indonesia. Apalagi, kata Josua, dampak perang dagang China dan AS masih jadi faktor penyebab menurunnya kinerja ekspor.
"Karena kita distribusi ekspor nonmigas kita cukup besar terhadap China," paparnya.
Josua juga mengingatkan bahwa untuk memperkuat ekspor nonmigas, pemerintah perlu menambah kualitas daya produk ekspor di pasar global.
"Value added komoditi ekspor kita juga belum tinggi sehingga akan sangat bergantung pada gerakan harga komoditas global."
Josua pun mengimbau pemerintah untuk mendorong kembali ekspor nonmigas sebagai solusi menjaga defisit transaksi berjalan.
"Setidaknya dalam level yang cukup sehat sampai akhir tahun ini," pungkasnya.