Bisnis.com, JAKARTA — Pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi diprediksi masih mendominasi bauran energi terbarukan hingga 2028.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN (Persero) Djoko R. Abumanan mengatakan potensi pembangkit EBT tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama dari tenaga air dan panas bumi. “Porsi pembangkitan terbesar memang air dan panas bumi,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/7/2019).
PLN mencatat bauran energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkitan hingga Mei 2019 telah mencapai 13,42% dengan porsi terbesar berada pada energi air. Lebih terperinci, hingga Mei 2019, persentase pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang beroperasi mencapai 7,61%.
Selanjutnya, secara berturut-turut, porsi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mencapai 4,95%, pembangkit listrik tenaga diesel 0,59%, serta EBT lainnya seperti surya, angin, dan biomassa 0,27 persen.
Selain memiliki porsi terbesar, PLTA juga mengalami peningkatan realisasi terbesar dari kondisi 2018 yakni naik 1,24 persen. Dalam jangka menengah, PLTA masih akan menjadi target bauran energi terbesar pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019—2028.
Pada RUPTL PLN 2019- 2028, ditargetkan ada penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 16,76 gigawatt (GW). Dari rencana penambahan tersebut, PLTA mendominasi dengan porsi 48 persen. Posisi kedua ditempati PLTP sebesar 27 persen.
Baca Juga
Sisanya, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) 9 persen, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 6 persen, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 5 persen, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) 5 persen, dan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) 0,04 persen.