Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mundurnya Penyelesaian Proyek 35.000 MW Dinilai Wajar

Pertumbuhan permintaan listrik hingga 2028 yang diperkirakan di bawah prediksi membuat sejumlah proyek pembangkit perlu diundur penyelesaiannya.
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla memimpin rapat kabinet terbatas membahas Program Pembangunan Pembangkit 35.000 MW dan Transmisi, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/6)./Antara-Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla memimpin rapat kabinet terbatas membahas Program Pembangunan Pembangkit 35.000 MW dan Transmisi, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/6)./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan permintaan listrik hingga 2028 yang diperkirakan di bawah prediksi membuat sejumlah proyek pembangkit perlu diundur penyelesaiannya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan wajar penyelesaian proyek 35.000 megawatt (MW) mundur. Pasalnya, pertumbuhan permintaan listrik melambat dan tidak sesuai dengan perkiraan pertumbuhan dalam perencanaan awal proyek tersebut, yakni sebesar 7%.

Pihaknya memperkirakan pertumbuhan permintaan listrik PT PLN (Persero) hingga 2028 berada pada kisaran 5,1%-5,3%. Angka tersebut lebih rendah dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN yang masih di atas 6,2%.

"Pemerintah memang perlu kaji ulang karena ada 21 gigawatt [GW] pembangkit yang sedang konstruksi dan diperkirakan sebagian besar akan masuk pada 2021-2023. Apakah memang pada tahun itu ada cukup permintaan listrik untuk menyearap pembangkit yang commisioning?" tuturnya kepada Bisnis, Rabu (3/7/2019).

Dia menilai untuk pembangkit baru setelah 2020, investasinya bisa saja terpengaruh akibat rencana penyelesaian proyek yang terus diundur. Oleh karena itu, perlu dihitung kembali kebutuhan listri per tahun dengan permintaan yang melambat.

Adapun Direktur Pembinaan Program Ketenagalistikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan pertumbuhan konsumsi memang listrik tidak setinggi proyeksi awal. Hal tersebut berdampak pada penyelesaian beberapa pembangkit yang harus diundur.

"Ada pergeseran dan sebagian COD [commercial operation date] 35 gigawatt [GW] itu bisa di 2028. Disesuaikan dengan pertumbuhan sistem setempat," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper