Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APLKI : Penurunan Harga Gas Dapat Tingkatkan Investasi

Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan jika harga gas bumi dalam proses produksi industri gas kaca dapat berkisar US$6 per million british thermal unit (MMBTU), akan ada investasi baru pada industri kaca sekitar 20%--30%.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia Yustinus H Gunawan memberikan penjelasan rencana pameran terbesar industri kaca Glasstec 2018 di Duseldorf, Jerman, di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia Yustinus H Gunawan memberikan penjelasan rencana pameran terbesar industri kaca Glasstec 2018 di Duseldorf, Jerman, di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan jika harga gas bumi dalam proses produksi industri gas kaca dapat berkisar US$6 per million british thermal unit (MMBTU), akan ada investasi baru pada industri kaca sekitar 20%--30%.

Walau demikian, asosiasi menilai masuknya investasi baru industri kaca lembaran masih memerlukan waktu mengingat karakteristik industri yang berproduksi tanpa henti.

Ketua AKLP Yustinus Gunawan bahwa pada tahun ini baru ada satu pelaku baru pada industri kaca lembaran yakni PT Bintang Jinjing Glass yang baru melakukan peletakan batu pertama pada kuartal I/2019. Menurutnya, penurunan harga gas bumi menjadi krusial agar hasil alokasi produksi untuk dalam negeri dapat diserap secara maksimal.

Adapun, tantangan untuk masuk (barrier of entry) pelakubaru ke industri kaca cukup tinggi. Yustinus berujar tantangan terbesar adalah proses peleburan bahan baku yang harus dilakukan tanpa henti dalam jumlah besar. Berdasar catatan KLP, para pelaku industri kaca saat ini sebesar 700 ton/hari—1.200 ton/hari.

Akan tetapi, Yustinus melihat para investor lebih tertarik untuk menanamkan dananya di negeri jiran yang memiliki harga gas bumi yang lebih kompetitif. dengan tingginya biaya gas bumi d dalam negeri.

“Kebutuhan dalam negeri terpenuhi, tetapi tergantung daya saing lokal mengakal impor. [Pangsa pasar kaca lokal] sekitar 85%, mungkin lebih rendah karena kaca lembaran [dari] Malaysia [hasil] investasi China terus merangsek ke dalam negeri. Kami coba [terus] cermati [pergerakannya,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (1/7/2019).

Yustinus menambahkan penerapan Perpres n. 40/2016 akan menarik investor masuk ke dalam negeri. Pasalnya, lanjutnya, hal tersebut akan menunjukkan konsistensi antara kebijakan dan eksekusi yang menjadi salah satu penilaian utama investor industri kaca lembaran untuk masuk ke dalam negeri.

Menurutnya, para pelaku industri selama ini telah melakukan penghematan biaya, diversifikasi produk, dan penjelajahan pasar non tradisional untuk tetap tumbuh. Namun demikian, harga gas yang tinggi membuat produk kaca lokal tidak kompetitif mengingat 30% dari biaya produksi berasal dari harga gas bumi.

Yustinus menyatakan kapasitas terpasang industri dalam negeri mencapai 1,6 juta ton per tahun dengan utilitas pabrik mencapai 90%. Adapun, konsumsi kaca lembaran di dalam negeri hanya 750.000 ton per tahun. Dengan kata lain, produksi kaca lembaran di dalam negeri dapat seluruhnya memenuhi permintaan lokal, namun serapan kaca lembaran di dalam negeri masih belum maksimal.

Menurutnya, penurunan harga gas buumi tersebut dapat menggenjot performa ekspor industri kaca nasional. Pada akhirnya, lanjutnya, hal tersebut dapat menurunkan defisit neraca perdagangan nasional.

Yustinus tidak menafikan bahwa performa ekspor industri kaca menurun dengan meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Namun, Yustinus menyatakan, para pemangku kepentingan harus tetap fokus dalam menurunkan biaya gas bumi bagi industri kaca.

Yustinus berujar, faktor eksternal hanya akan membuyarkan penurunan biaya gas bumi. “Penundaan berlarut semakin menurunkan daya saing, menurunkan kepercayaan investor, dan tidak emmanfaatkan untuk menurunkan defisit neraca perdangan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper