Bisnis.com, JAKARTA — Secara umum, negara-negara Asia and Pasifik yang terdiri dari negara berkembang dan maju memahami bahwa pekerjaan masa depan atau future of work merupakan tantangan bersama.
Perbedaan tantangan tersebut disikapi dengan berbagai upaya sesuai dengan perbedaan tingkat ekonomi setiap negara. Oleh karena itu, perlu peningkatan kolaborasi antara seluruh negara-negara ASPAG dan tetap membutuhkan bantuan teknis dari International Labour Organization (ILO).
Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Haiyani Rumondang mengatakan, ada empat strategi yang dilakukan yakni pertama dengan meningkatkan kerja sama dalam investasi Sumber Daya Manusia (SDM).
Negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus terus memperkuat kerja sama mereka dalam lembaga dan program pelatihan dan pendidikan vokasi. Indonesia terbuka dan siap untuk bekerja sama dengan negara-negara di Asia dan Pasifik dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas pendidikan dan pelatihan vokasi.
“Ini untuk mempersiapkan diri kita sendiri dengan kemungkinan dampak yang dapat mengganggu akibat teknologi baru di dunia kerja masa depan dan untuk lebih memenuhi permintaan pasar kerja,” katanya dalam siaran pers, Kamis (20/6/2019).
Strategi kedua yaitu memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan untuk orang lanjut usia. Indonesia berpandangan bahwa angkatan kerja yang menua akan menimbulkan tantangan yang semakin besar bagi Asia Pasifik. Pasalnya, tenaga kerja lanjut usia di wilayah tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada tahun 2030.
Baca Juga
“Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi pekerja lanjut usia di pasar kerja. Negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus mengeksplorasi lebih jauh cara dan strategi yang tepat dan memadai untuk memastikan bahwa orang lanjut usia dapat memanfaatkan pasar kerja secara setara,” ucap Haiyan
Dalam menghadapi tantangan pekerjaan masa depan, strategi ketiga yaitu menangani pekerja di sektor informal. Laporan International Labour Organization menunjukkan bahwa 63,2% dari populasi pekerja di Asia Pasifik mencari nafkah di sektor informal. Sebagian besar dari mereka tidak menikmati perlindungan sosial dan kondisi kerja yang layak.
“Oleh karena itu, kami percaya bahwa kita perlu saling belajar tentang cara menangani pekerja sektor informal guna memfasilitasi transisi pekerja tersebut ke sektor formal,” ujarnya.
Strategi keempat yaitu memperkuat dukungan ILO untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Indonesia menggarisbawahi pentingnya ILO dalam memberikan bantuan kepada pemerintah, sektor swasta, dan serikat pekerja.
ILO perlu memberikan prioritas lebih besar ke wilayah Asia Pasifik dalam mengatasi tantangan ketenagakerjaan pada masa depan. Indonesia berpandangan bahwa mengatasi tantangan pekerjaan pada masa depan membutuhkan partisipasi seluas mungkin dari semua pemangku kepentingan.
“Dalam hal ini, kami mendorong anggota Asia Pasifik untuk menegaskan kembali komitmennya dalam Deklarasi Bali yang diadopsi pada 2016 untuk mempercepat upaya mempromosikan pertumbuhan inklusif, keadilan sosial, dan pekerjaan yang layak,” tutur Haiyani.
Berdasarkan data Ketenagakerjaan Asia-Pasifik dan Social Outlook 2018 tercatat bahwa Asia Pasifik adalah wilayah dengan tingkat pengangguran terendah di dunia. Antara 2007—2017, produktivitas tenaga kerja di wilayah Asia dan Pasifik meningkat rata-rata 5% per tahun. Namun, kemajuan yang mengesankan ini harus didukung dengan komitmen untuk mencapai pekerjaan yang layak.
“Indonesia percaya bahwa kemajuan signifikan dalam pekerjaan yang layak untuk semua berfungsi sebagai dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah Asia Pasifik pada tahun-tahun mendatang,” terangnya.